- بسم الله الرحمن الرحيمSegala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk, bantuan dan pertolongan kepada kita sekalian, sehingga kita dapat menjadi pemeluk agama Islam, yang memiliki tiga macam ajaran. Ketiga ajaran tersebut yaitu:
- ajaran tentang keimanan untuk membimbing manusia selaku makhluk yang dapat berpikir dan memiliki keyakinan,
- ajaran tentang peribadatan untuk membimbing tingkah laku lahir manusia sebagai penggejalaan dari nafsu manusia, dan
- ajaran tentang akhlak untuk membimbing manusia selaku makhluk yang memiliki budi pekerti.
Salawat dan salam semoga tetap tercurah atas Nabi Besar Muhammad saw yang telah menyelesaikan ketiga macam ajaran tersebut dengan sukses. Karenanya beliau menjadi pemimpin dunia terbesar yang belum dan tidak akan pernah ditandingi oleh siapa pun sepanjang sejarah.Ajaran iman yang kita ketahui memiliki enam sendi. Ternyata ajaran iman tersebut memiliki 77 cabang yang harus kita ketahui dan kita amalkan. Kitab yang menuturkan 77 cabang iman secara ringkas dan mudah difahami adalah Qami' ath-Thughyan karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin 'Umar dari Banten. Kitab tersebut merupakan ulasan dari kitab Syu'ab al-Imanyang berbentuk syair karya Syeikh Zainuddin bin 'Ali. Terjemahan kitab tersebut lengkap dengan syair-syairnya dimaksudkan untuk dapat dijadikan bahan bacaan yang mudah bagi mereka yang ingin menambah pengetahuan agama.Syeikh Muhammad Nawawi bin 'Umar Banten mengawali ulasan syair yang menuturkan cabang-cabang iman dengan tiga syair pembuka kitab Syu'ab al-Iman sebagai berikut:اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى قَدْ صَـيَّرَا * اِيْمَانَ شَخْصٍ ذَا شُعَبْ فَتُتَمَّمُ
هَذِىْ بُيوْتٌ مِنْ كِتَابِ الْكُوْشِنِى * مَنْ قَـالَ بَعْدَ صَـلاَتِنَا َنُسَـلِّمُ
لِمُحَـمَّدٍ وَِلآلِـهِ وَصَــحَـابَتِهْ * مَادَارَ شَمْسٌ فِى السَّمَـاءِ وَاَنْجُمُ- Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan iman seseorang mempunyai cabang-cabang, sehingga cabang tersebut harus disempurnakan.
- Bait-bait syair ini diambil dari kitab Syeikh Zainuddin al-Kusyini, yaitu orang yang berkata setelah kami membaca salawat dan salam,
- bagi Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau, selama matahari dan bintang-bintang di langit masih beredar.
Akhirnya kami memohon kepada Allah swt semoga risalah kecil ini dapat bermanfaat bagi generasi muda Islam pada khususnya dan umat Islam pada umumnya, sebagaimana Allah telah memberikan manfaat yang besar kepada kitab aslinya.Dalam ajaran agama Islam disebutkan bahwa rukun atau sendi iman ada enam sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat Imam Muslim. Iman tersebut mempunyai cabang sebanyak 77 (tujuh puluh tujuh). Setiap cabang berupa pekerjaan yang harus dikerjakan oleh setiap orang yang mengaku beriman. Apabila 77 pekerjaan tersebut dilakukan seluruhnya, maka sempurnalah iman seseorang. Apabila ada yang ditinggalkan, maka berarti berkurang ketebalan imannya. Cabang iman sebanyak 77 adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh para ahli hadits yang berbunyi:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً ، اَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاَدْنَاهَا اِمَاطَةُ الاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيْمَانِ رَوَاهُ الْمُحَدِّثُوْنَRasulullah saw bersabda: "Iman itu 77 cabangnya. Yang paling utama dari cabang-cabang tersebut adalah mengucapkan "La ilaha illallah" (tiada Tuhan melainkan Allah) dan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan. Malu (berbuat maksiat) adalah satu cabang dari iman." H.R. Para Ahli Hadits.Ketujuh puluh tujuh cabang iman tersebut dituturkan dalam bait syair:اِيْمَانُنَا بِضْعٌ وَعَــيْنٌ شُعْبَـةً * يَسْتَكْمِلَنْهَا اَهْـلُ فَضْلٍ يَعْظُمُIman kita ada 77 cabang, yang para ahli keutamaan benar-benar akan menyempurnakannya, sehingga menjadi orang besar di sisi Allah.
RUKUN IMAMCabang iman 1-5 disebutkan dalam bait syair:آمِنْ بِرَبِّكَ وَالْمَلآئِكِ وَالْكُتُبِ * وَالأَنْبِيَا وَبِيَوْمِ يَفْنَى لْعَـالَمُBerimanlah engkau kepada Tuhanmu, para malaikat, kitab-kitab, para nabi dan hari kerusakan alam.Beriman kepada Allah
Kita wajib beriman bahwa Allah adalah:- Maha Esa yang sama sekali tidak ada sekutu bagi-Nya.
- Maha Tunggal yang sama sekali tidak ada yang serupa dengan-Nya, tempat meminta pertolongan yang sama sekali tidak ada yang menandingi-Nya.
- Maha Sedia tanpa permulaan.
- Maha Berdiri dengan pribadi-Nya sendiri.
- Maha Kekal.
- Maha Abadi.
- Maha Dahulu yang tidak ada permulaan bagi-Nya.
- Maha Akhir yang sama sekali tidak ada kesudahan bagi-Nya.
- Maha Tegak yang tidak dilenyapkan oleh masa dan tidak diubah oleh sangkaan.
- Maha Permulaan, Maha Akhir, Maha nampak pekerjaannya dan Maha Tersembunyi yang tidak tampak Dzat-Nya.
- Maha Suci dari jasmani, tak sesuatupun yang menyerupai-Nya.
Beriman kepada para malaikat
Kita wajib membenarkan wujud mereka sebagai:- para hamba Allah yang dimuliakan.
- tidak pernah maksiat atau mendurhakai Allah terhadap segala yang telah diperintahkan oleh Allah kepada mereka dan selalu melaksanakan semua yang diperintahkan.
- jasmani yang halus dan bernyawa.
- sesuatu kekuatan yang dijadikan oleh Allah untuk berubah-ubah bentuk yang indah.
- dibuat dari cahaya.
Beriman kepada kitab Allah
Kita wajib membenarkan bahwa sesungguhnya kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para nabi-Nya adalah wahyu Allah yang memuat hukum dan kabar-Nya.Beriman kepada para nabi
Kita wajib membenarkan bahwa sesungguhnya para nabi adalah:- orang-orang jujur dalam segala hal yang mereka khabarkan dari Allah.
- di antara mereka ada yang diutus kepada makhluk untuk memberi petunjuk dan untuk menyempurnakan kehidupan mereka di dunia serta tempat kembali mereka di akhirat.
- diberi mukjizat oleh Allah yang dapat menunjukkan kebenaran mereka.
- menyampaikan risalah Allah dan menerangkan segala sesuatu kepada orang-orang mukallaf.
Beriman kepada kerusakan seluruh alam semesta
Kita wajib beriman bahwa alam semesta, alam dunia maupun benda di angkasa akan hancur binasa pada hari kiamat. Amal yang kita kerjakan akan dibalas dengan cara perhitungan amal, penimbangan amal, titian, surga dan neraka.Cabang iman 6-8:وَالْبَعْثِ وَالْقَدَرِ الْجَلِيْلِ وَجِمْعِنَا * فِي مَحْشَرٍ فِيهِ الْخَلاَئِقُ تَحَشَمُDan (beriman) kepada: kebangkitan, qadar dari Yang Maha Agung, dan kumpul kita di Padang Mahsyar yang di situ para makhluk merasa malu (sehingga pucat mukanya).Beriman kepada kebangkitan orang mati
Kita wajib beriman bahwa sesungguhnya Allah swt akan membangkitkan atau menghidupkan semua makhluk yang sudah mati, baik yang dikubur, mati tenggelam, atau sebab lainnya. Menurut pendapat yang disepakati oleh seluruh ulama, yang dibangkitkan adalah wujud dari badan dan bukan yang semisal dari badan ini. Dalam surat at-Taghabun ayat 7 Allah swt berfirman:زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اَنْ لَنْ يُبْعَثُوْا قُلْ بَلَى وَرَبِّى لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌOrang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian adalah mudah bagi Allah.Beriman kepada qadar
Kita harus yakin bahwa Allah swt mewujudkan segala sesuatu sesuai dengan pengetahuan Allah yang telah mendahuluinya. Semua perbuatan makhluk adalah sesuai dengan ketentuan Allah Ta'ala. Oleh karena itu sepatutnyalah bagi manusia untuk rela terhadap keputusan-Nya.Syekh Afifuddin az-Zahid menceritakan bahwa sewaktu berada di Mesir beliau mendengar sesuatu yang terjadi di Baghdad tentang pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap kaum muslimin. Kota Baghdad hancur, selama tiga setengah tahun tidak mempunyai pemerintahan. Juga tentang perbuatan orang-orang kafir mengalungkan mushaf al-Quran pada leher-leher anjing, membuang kitab karangan para ulama ke sungai sehingga menjadi seperti jembatan yang dapat dilalui oleh kuda mereka. Syekh Afifuddin az-Zahid mengingkari hal tersebut dan bertanya kepada Allah swt, "Wahai Tuhanku, bagaimana hal ini dapat terjadi, sedangkan di antara kaum muslimin yang dibunuh itu terdapat anak-anak dan orang-orang yang tidak berdosa?"Pada waktu tidur Syekh Afifuddin az-Zahid bermimpi melihat seorang laki-laki yang membawa sebuah tulisan, lalu beliau ambil. Tulisan tersebut berbunyi:دَعِ الإِعْتِرَاضَ فَمَا الأَمْرُ لَـكَ * وَلاَ الْحُكْمُ فِى حَرَكَاتِ الْفَلَكِ
وَلاَ تَسْـأَلِ اللهَ عَنْ فِعْلِــهِ * فَمَنْ خَـاضَ لُجَّةَ بَحْـرٍ هَلَكَTinggalkanlah menentang putusan Allah, karena urusan itu bukanlah milikmu; dan tiadalah hukum itu tergantung pada gerakan-gerakan bintang.Janganlah engkau bertanya kepada Allah mengenai pekerjaan-Nya. Barang siapa yang mengarungi gelombang lautan niscaya dia akan binasa.Beriman bahwa semua makhluk sesudah dibangkitkan dari kubur akan digiring ke Padang Mahsyar, yaitu tempat pemberhentian mereka pada hari kiamat
Padang Mahsyar adalah tanah putih, berupa lembah datar, sama sekali tiada bengkokannya, tak ada bukit tempat orang dapat bersembunyi di belakangnya, tak ada jurang tempat merendahkan pandangan, kecuali sebuah padang luas yang sama sekali tak ada perbedaannya. Manusia akan dihalau ke Padang Mahsyar secara berombongan, sesuai tingkatannya. Di antara mereka ada yang:- naik kendaraan, yaitu orang yang bertakwa,
- berjalan dengan kedua kakinya, yaitu orang yang sedikit amalnya,
- berjalan dengan mempergunakan mukanya, yaitu orang-orang kafir.
Dari tempat pemberhentian ini, manusia diberangkatkan ke surga atau neraka. Mereka akan melalui titian atau jembatan. Dalam meniti jembatan, menurut Syeikh Muhammad al-Hamdani umat Nabi Muhammad saw terbagi menjadi tujuh macam:- Orang siddiq, yang akan meniti secepat kilat.
- Orang alim, yang akan meniti secepat angin yang kencang.
- Para wali abdal, yang akan meniti secepat burung terbang dalam satu saat yang sebentar.
- Orang yang mati syahid, yang akan meniti secepat kuda balap dalam waktu setengah hari.
- Orang yang mati pada saat menunaikan ibadah haji, yang akan meniti dalam waktu satu hari penuh.
- Orang yang taat, yang akan meniti dalam waktu satu bulan.
- Orang yang maksiat, yang meletakkan kaki mereka di atas titian, sedangkan dosa mereka diletakkan di atas punggung.
Ketika mereka lewat, neraka Jahanam mendatangi untuk membakar mereka. Kemudian neraka Jahanam melihat cahaya iman di hati mereka, lalu berkata:"Lewatlah wahai orang mukmin, karena sesungguhnya cahaya imanmu memadamkan kobaran apiku!"Di Padang Mahsyar, para makhluk pucat mukanya dan malu karena amal jelek mereka akan dibeberkan di hadapan Allah swt. Setiap orang akan sibuk dengan urusannya sendiri dengan memasukkan jari-jari tangan kanannya ke sela-sela jari tangan kirinya. Keadaan mereka tersebar seperti belalang yang tersebar di bumi. Masing-masing orang dapat saling melihat keluarganya dan dapat saling mengenal, akan tetapi tidak berbicara. Mereka berjalan di Padang Mahsyar tidak beralas kaki dan dalam keadaan telanjang bulat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:يُبْعَثُ النَّاسُ حُفَاةً عُرَاةً غَرْلاً قَدْ اَلْجَمَهُمُ الْعِرْقُ وَبَلَغَ شُحُوْمَ الآذَانِManusia akan dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat, lagi tidak berkhitan. Keringat telah mengendalikan mereka dan keringat tersebut sampai di daun telinga.وَبِاَنَّ مَرْجِعَ مُسْـلِمٍ لِجِنَـانِهِ * وَبِاَنَّ مَرْجِـــعَ كَافِرٍ لِجَهَنَّمُDan beriman bahwa sesungguhnya tempat kembali orang muslim adalah surganya, dan bahwa sesungguhnya tempat kembali orang kafir adalah neraka Jahanam".Beriman bahwa sesungguhnya surga adalah tempat tinggal yang kekal bagi orang muslim; sedangkan neraka Jahanam adalah tempat tinggal yang kekal bagi orang kafir
Orang muslim adalah orang yang mati dalam keadaan beragama Islam, meskipun sebelumnya kafir. Orang-orang yang berbuat maksiat dapat tergolong orang muslim, sehingga tempat kembali dan tempat mereka yang kekal adalah surga. Jika mereka dimasukkan ke dalam neraka, mereka tidak kekal di dalamnya. Bahkan siksaan mereka tidak langgeng selama di dalam neraka; karena setelah masuk ke dalam neraka mereka akan mati sekejap yang hanya diketahui ukurannya oleh Allah swt dan mereka tidak hidup sehingga keluar dari neraka. Mati di sini maksudnya bahwa mereka itu tidak dapat merasakan siksa, dan bukan mati dengan keluar nyawa dari tubuhnya.Sedangkan yang dimaksud dengan orang kafir di sini ialah orang yang mati dalam keadaan kafir, meskipun dia hidup sepanjang umurnya dalam keadaan beriman. Termasuk juga orang yang sungguh-sungguh mempergunakan akal fikirannya, akan tetapi tidak dapat sampai kepada kebenaran sejati; sementara ia meninggalkan taklid yang diwajibkan baginya.Anak-anak orang musyrik tidak termasuk kafir, bahkan mereka di dalam surga, menurut pendapat yang benar. Dalam hal kafir tidak ada perbedaan antara manusia dan jin.
MENCINTAI ALLAHCabang iman 10-13, disebutkan dalam bait syair:وَاحْبُبْ اِلَهَكَ خَفْ اَلِيْمَ عِقَابِهِ * وَلِرَحْمَةِ ارْجُ تَوَكَّلَنْ يَا مُسْلِمُCintailah Tuhanmu, takutlah akan kepedihan siksa-Nya, berharaplah engkau akan rahmat Allah, dan bertawakallah benar-benar wahai orang muslim.Mencintai Allah
Secara logical framework, kecintaan kepada Allah digambarkan oleh Imam Sahal:"Tanda mencintai Allah adalah mencintai al-Quran. Tanda mencintai Allah dan al-Quran adalah mencintai Nabi Muhammad saw. Tanda mencintai Nabi Muhammad saw adalah mencintai sunnah (ucapan, tingkah laku, dan sikap) beliau. Tanda mencintai sunnah adalah mencintai akhirat. Tanda mencintai akhirat adalah membenci dunia (pujian orang, penampilan, kemewahan dan lain-nya). Tanda membenci dunia adalah tidak mempergunakan harta benda dunia kecuali sebagai bekal menuju akhirat."Syeikh Hatim bin Alwan berkata: "Barang siapa mengaku tiga hal tanpa tiga hal lainnya, maka ia adalah pembohong:- orang yang mengaku mencintai Allah tanpa menjauhi larangan-Nya,
- orang yang mengaku mencintai Nabi Muhammad saw tanpa mencintai kefakiran, dan
- orang yang mengaku mencintai surga tanpa mau menyedekahkan hartanya."
Sebagian dari ahli makrifat berkata: "Jika iman seseorang berada di luar hati, maka ia akan mencintai Allah dengan kecintaan yang sedang. Jika iman seseorang telah masuk ke tengah hati, maka dia akan mencintai Allah dengan kecintaan yang sepenuhnya dan akan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan."Pada pokoknya mengaku cinta adalah menanggung resiko. Oleh karena itu Syeikh Fudlail bin Iyadl berkata: "Jika kamu ditanya apakah engkau mencintai Allah, maka diamlah! Karena sesungguhnya jika engkau mengatakan "tidak", maka engkau "kafir" dan jika mengatakan "ya", maka sifatmu bukanlah sifat dari orang-orang yang mencintai-Nya."Takut kepada siksa Allah
Menurut Imam al-Ghozali dalam kitab Ihya' Ulumiddin, derajat takut yang paling minim adalah menahan diri dari hal-hal yang dilarang, yang dinamakan wara'. Jika kekuatan takut bertambah, maka akan menahan diri dari hal-hal yang tidak diyakini keharamannya; dan hal ini dinamakan takwa. Jika pada rasa takut tergabung usaha untuk memurnikan waktunya hanya semata untuk melayani Allah, sehingga tidak membangun rumah yang tidak akan ditempati selamanya, tidak mengumpulkan harta yang tidak akan dimakan, dan tidak menoleh kepada kesenangan dunia karena mengetahui bahwa dunia itu akan berpisah dengannya, sehingga tidak mempergunakan satu nafaspun selain untuk Allah, maka hal ini dinamakan shidqun atau jujur dan orangnya dinamakan shiddiq.Jadi takwa termasuk dalam shidqun, wara' masuk dalam takwa, dan iffah (meninggalkan yang haram) masuk dalam wara'.Mengharap rahmat Allah Ta'ala
Dalam surat az-Zumar ayat 53 Allah swt berfirman:قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلَى اَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ اِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا اِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُKatakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri sendiri, janganlah kamu sekalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."Rasulullah saw bersabda:اَلْفَاجِرُ الرَّاجِى لِرَحْمَةِ اللهِ تَعَالَى اَقْرَبُ اِلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الْعَابِدِ الْقَانِطِOrang durhaka yang mengharap rahmat Allah Ta'ala adalah lebih dekat kepada Allah Ta'ala dari pada ahli ibadah yang putus harapan.Diriwayatkan dari Umar, dari Zaid bin Aslam bahwa ada seorang laki-laki dari umat terdahulu yang giat beribadah dan memperberat dirinya dalam ibadah, sedangkan ia adalah orang yang tidak mengharapkan rahmat Allah. Ketika laki-laki tersebut mati dan bertanya kepada Allah: "Ya Tuhanku, apakah bagianku di sisi-Mu?" Allah berfirman: "Bagianmu adalah neraka!" Laki-laki tersebut berkata: "Wahai Tuhanku, di manakah ibadah dan kegiatanku?" Allah berfirman: "Engkau adalah orang yang tidak mengharap rahmat-Ku di dunia, maka pada hari ini Aku memutuskan engkau dari rahmat-Ku!"Dalam kitab Ihya' Ulumiddin dijelaskan bahwa hakekat "harapan" adalah kesenangan hati karena menanti sesuatu yang dicintai. Akan tetapi sesuatu yang dicintai itu harus dapat terjadi dan harus berdasarkan sebab. Jika sebabnya tidak ada, disebut "tipuan" dan "ketololan". Jika sebabnya tidak diketahui ada atau tidak ada, disebut "angan-angan". Jika dalam hati kita tergerak keadaan sebab tersebut dalam waktu yang telah lampau, disebut "mengingat". Jika dalam hati kita tergerak keadaan sebab tersebut dalam waktu sekarang, disebut "menemukan" dan "merasakan". Jika dalam hati kita tergerak keadaan dari sesuatu pada waktu yang akan datang, dan keadaan sesuatu tersebut sangat menguasai hati kita, maka disebut "menanti" dan "mengharap". Jika yang dinanti adalah sesuatu yang dibenci yang menghasilkan rasa sakit dalam hati, dinamakan "takut" atau "ketakutan". Jika yang dinanti adalah sesuatu yang dicintai yang menghasilkan kelezatan dan kesenangan, maka kesenangan tersebut disebut "harapan" atau raja'.Tawakal
Dalam surat al-Ma'idah ayat 23 Allah swt berfirman yang antara lain sebagai berikut:... وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوْا اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ... dan hanya kepada Allah hendaknya kamu sekalian bertawakal, jika kamu sekalian benar-benar beriman.tawakal terdiri dari tiga unsur, yaitu: makrifat, keadaan hati, dan amal.Makrifat, yaitu keyakinan dan kesadaran hati bahwa selain dari Allah Ta'ala tidak ada yang dapat mendatangkan sesuatu manfaat atau kenikmatan kepada kita. Sedangkan keyakinan atau iman di sini terdiri dari empat tingkat:- Iman dari orang munafik
Yaitu orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat tetapi hatinya sama sekali tidak meyakini kebenaran makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat. - Ilmul yaqin
Yaitu keyakinan dari orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat dan hatinya meyakini kebenaran makna yang terkandung dalam dua kalimah syahadat berdasarkan ilmu yang dipelajari. - Aynul yaqin
Sebagai kelanjutan dari tingkat kedua, yaitu keyakinan dari orang yang telah jernih pandangan mata hatinya sehingga dapat memandang kekuasaan Allah melalui segala sesuatu yang dipandang oleh mata kepalanya. - Haqqul yaqin
Sebagai kelanjutan dari tingkat ketiga, yaitu keyakinan dari orang yang hatinya benar-benar telah dapat menyadari dan menghayati hakekat dari wujud dan kekuasaan Allah swt.
Hal atau keadaan hati dari orang yang bertawakal terdiri dari tiga urutan tingkat:- keadaan orang yang bertawakal mengenai hak Allah dan mengenai keyakinannya terhadap tanggungan dan pertolongan Allah swt seperti keadaan mengenai keyakinan hatinya kepada kemampuan seorang wakil yang menangani urusannya.
- keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah swt seperti keadaan anak kecil terhadap ibunyaYaitu kondisi anak kecil yang tidak mengenal orang lain, selain ibunya. Tidak berlindung dari kesulitan kecuali kepada ibunya. Tidak bersandar dan tidak menggantungkan segala keperluannya kecuali kepada ibunya. Jika melihat ibunya niscaya dirangkulnya. Jika ada sesuatu yang menimpa dirinya sewaktu ibunya tidak ada, maka ucapan yang pertama kali keluar dari mulutnya adalah,"Ibu!". Yang pertama kali tergerak dalam hatinya adalah ibunya. Sesungguhnya ia benar-benar telah yakin terhadap pemeliharaan dan kasih sayang ibunya dengan keyakinan yang penuh.
- keadaan orang yang bertawakal terhadap Allah dalam setiap gerak dan diamnya seperti mayat di tangan orang yang memandikannya; ia tidak berpisah dengan Allah karena melihat dirinya bagaikan mayat yang digerakkan oleh kekuasaan Allah yang azali, seperti mayat yang digerakkan oleh tangan orang yang memandikannya. Inilah tingkat tawakal yang paling tinggi dari orang yang telah kuat iman dan keyakinannya bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Penggerak.
Amal tawakal terdiri dari tiga macam, yaitu:- Jalbun nafi'
Yaitu melakukan pekerjaan yang dapat menjadi sebab dari kedatangan manfaat. Terdiri dari tiga tingkat:- meyakinkan
Seperti menyuap nasi yang sudah tersedia bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari perutnya. - Diduga keras
Seperti menanak nasi bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari perutnya, dan berasnya sudah tersedia. - Diperkirakan
Seperti mencari uang untuk membeli beras bagi orang yang ingin menghilangkan rasa lapar dari perutnya.
- Qath'ul adza
Yaitu melenyapkan atau menghilangkan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan yang ada. Terdiri dari tiga tingkat:- Meyakinkan
Seperti meminum obat dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya. - Diduga keras
Seperti pergi ke apotik untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya. - Diperkirakan
Seperti mencari uang untuk membeli obat resep dari dokter bagi orang yang ingin menghilangkan rasa sakit dari badannya.
- Daf'ul madlarrat
Yaitu menolak kedatangan hal-hal yang dapat merusak kemanfaatan yang ada. Terdiri dari tiga tingkat:- Meyakinkan
Seperti menghalau atau mengusir kucing yang akan makan ikan yang ada di meja makan. - Diduga keras
Seperti menyimpan ikan dalam lemari makan dan menguncinya agar tidak dimakan kucing. - Diperkirakan
Seperti pergi untuk membeli lemari makan guna menyimpan ikan agar tidak dimakan kucing.
MENCINTAI ROSULULLAH SHOLULLAHU ALA'HI WASSALAM
Cabang iman 14-16 disebutkan dalam bait syair:وَاحْبُبْ نَبِيَّكَ ثُمَّ عَظِّمْ قَدْرَهُ * وَابْخِلْ بِدِيْنِكَ مَا يُرَى بِكَ مَأْثَمُCintailah nabimu, kemudian agungkan derajatnya; dan kikirlah dengan agamamu selama dilihat perbuatan dosa bagimu.Mencintai Nabi Muhammad saw
Nabi Muhammad saw bersabda:لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى اَكُوْنَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَTiadalah salah seorang dari kalian beriman, sehingga aku lebih dicintai olehnya dari pada dirinya, hartanya, anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya.Manusia dalam hadits ini adalah selain orang-orang yang telah disebutkan, seperti kerabat, kenalan, tetangga, teman, dan lainnya. Mencintai Rasulullah saw adalah perwujudan dari mencintai Allah Ta'ala, demikian pula mencintai ulama dan orang-orang yang bertakwa, karena Allah Ta'ala mencintai mereka dan mereka juga mencintai Allah. Semua itu kembali kepada kecintaan yang asli dan tidak boleh melampauinya. Karena pada hakekatnya sama sekali tidak ada yang dicintai bagi orang-orang yang tajam pandangan mata hatinya kecuali Allah Ta'ala, dan sama sekali tidak ada yang berhak untuk dicintai kecuali Dia.Mengagungkan derajat Nabi Muhammad saw
Mengagungkan derajat Nabi Muhammad saw berarti mengetahui ketinggian derajatnya, menjaga tatakrama dan sopan santun pada waktu menyebut nama beliau, dan mendengar nama serta hadits beliau, memperbanyak membaca salawat atas beliau, dan memusatkan perhatian dalam mengikuti sunnah beliau. Dalam suratal-Hujurat ayat 2 Allah swt berfirman:يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَرْفَعُوْا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلاَ تَجْهَرُوْا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لاَ تَشْعُرُوْنَWahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian dari kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus pahala amalmu sedangkan kamu tidak menyadari.Bakhil terhadap agama Islam
Bakhil terhadap agama berarti lebih senang dibunuh dan dimasukkan ke dalam api dari pada menjadi orang kafir, dan menyadari bahwa agama Islam adalah jauh lebih mulia dari pada semua harta dan anak-anaknya.Umar bin Abdul Aziz pada waktu menjabat sebagai kepala negara telah mengirimkan sepasukan tentara untuk melawan serangan tentara Romawi. Dalam peperangan tersebut 20 orang tentara muslim ditawan oleh pasukan Romawi. Kaisar Romawi memerintahkan salah seorang dari tentara muslim yang ditawan untuk meninggalkan agama Islam dan memeluk agama kekaisaran Romawi serta menyembah tuhannya:Kaisar: Hai orang muslim, jika kamu mau memeluk agamaku dan menyembah tuhan yang aku sembah, maka kujadikan kamu sebagai kepala pemerintahan di daerah yang besar. Aku akan memberimu: bendera, wanita penghibur, piala, dan terompet. Jika kamu tidak mau masuk agamaku, maka aku akan membunuh dan memenggal lehermu dengan pedang.Tawanan: Aku tak akan menjual agama dengan harta benda dunia.Kaisar lalu memerintahkan untuk membunuhnya. Tawanan tersebut dibawa ke alun-alun dan dipenggal lehernya dengan pedang. Setelah lehernya putus, kepalanya berputar mengelilingi alun-alun sambil membaca ayat al-Quran, al-Fajr 30:يَآ اَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِى اِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِى فِى عِبَادِى وَادْخُلِى جَنَّتِىWahai jiwa yang tenang, kembalilah engkau kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridlai-Nya. Masuklah dalam kelompok hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.Kaisar makin marah dan memerintahkan untuk mengambil tawanan yang kedua.Kaisar: Masuklah ke agamaku, nanti kau kujadikan kepala pemerintahan di kota Anu. Jika engkau menolak, maka akan kupotong lehermu seperti kupotong leher temanmu.Tawanan: Aku tidak akan menjual agama dengan harta benda dunia. Jika kamu mempunyai kekuasaan untuk memotong leherku, maka kamu tidak memiliki kekuasaan untuk memotong imanku.Kaisarpun memerintahkan untuk memotong lehernya. Setelah putus, kepalanya berputar mengelilingi alun-alun tiga kali seperti kepala temannya sambil membaca ayat al-Quran, al-Haqqah 21-23:فَهُوَ فِى عِيْشَةٍ رَاضِيَةٍ فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ قُطُوْفُهَا دَانِيَةٌMaka dia telah berada dalam kehidupan yang diridlai, yaitu dalam surga yang tinggi, yang bebuahannya terjangkau.Kaisar makin menjadi marah, dan memerintahkan untuk mengambil tawanan yang ketiga, seorang muslim yang celaka.Kaisar: Apa yang akan kau katakan? Apakah engkau mau masuk agamaku dan akan kujadikan engkau seorang kepala pemerintahan?Tawanan: Aku mau masuk agamamu dan memilih dunia dari pada akhirat.Kaisar: Menteri, buatkan surat keputusan untuk tawanan ini. Berikan kepadanya wanita, piala, dan bendera.Menteri: Baginda Kaisar, katakanlah kepadanya: "Jika engkau orang yang jujur dalam ucapanmu, bunuhlah salah seorang dari temanmu, agar kami dapat mempercayai omonganmu."Tawanan terkutuk itu mengambil salah seorang temannya dan membunuhnya di hadapan Kaisar Romawi.Kaisar: Menteri, buatkan untuk dia SK Pengangkatan.Menteri: Baginda Kaisar, hal ini tidak masuk akal bila Baginda membenarkan omongannya. Tawanan ini sudah tidak mau lagi memelihara hak saudaranya yang dia lahir dan dibesarkan bersamanya. Bagaimanakah dia akan dapat memelihara hak kita?Kemudian Kaisar Romawi memerintahakan untuk memenggal leher tawanan yang celaka tersebut. Setelah lehernya putus, kepalanya berputar mengelilingi alun-alun sambil membaca ayat al-Quran, az-Zumar 19:اَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِ اَفَأَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِى النَّارِ ؟Apakah kamu hendak mengubah nasib orang-orang yang telah pasti ketentuan adzab atasnya? Apakah kamu akan menyelamatkan orang-orang yang berada dalam api neraka?Kepala tawanan yang terkutuk tersebut berhenti di ujung alun-alun dan tidak berkumpul dengan kedua kepala temannya. Dia kembali menuju siksa Allah. Semoga Allah melindungi kita sekalian dari kesesatan.
MENCARI ILMU Cabang iman 17-20, disebutkan dalam bait syair:وَاطْلُبْ لِعِلْمٍ ثُمَّ لَقِّـنْهُ الْوَرَى * عَظِّمْ كَلاَمَ الرَّبِّ وَاطْهُر تُعْصَمُCarilah ilmu, ajarkan kepada manusia; agungkanlah kalam Tuhanmu dan bersucilah, pasti engkau terjaga dari bencana.Mencari ilmu
Sabda Rasulullah saw riwayat dari Abdullah bin Mas'ud:مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ يَنْتَفِعُ بِهِ فِى آخِرَتِهِ وَدُنْيَاهُ كَانَ خَيْرًا لَهُ مِنْ عُمْرِ الدُّنْيَا سَبْعَةَ آلاَفِ سَنَةٍ صِيَامَ نَهَارِهَا وَقِيَامَ لَيَالِيْهَا مَقْبُوْلاً غَيْرَ مَرْدُوْدٍBarang siapa yang mempelajari satu bab dari ilmu yang dia dapat memperoleh manfaat dunia akhirat, maka hal itu lebih baik baginya dari pada umur dunia 70.000 tahun yang dipergunakan puasa pada siang hari dan salat pada malam hari dalam keadaan diterima, tidak ditolak.Dari Mu'adz bin Jabal katanya: Rasulullah saw bersabda:تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ فَاِنَّ تَعَلُّمَهُ ِللهِ حَسَنَةٌ وَدِرَاسَتَهُ تَسْبِيْحٌ وَالْبَحْثَ عَنْهُ جِهَادٌ وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ وَتَعْلِيْمَهُ صَدَقَةٌ وَبَذْلَهُ ِلاَهْلِهِ قُرْبَةٌ وَالْفِكْرَ فِى الْعِلْمِ يَعْدِلُ الصِّيَامَ وَمُذَاكَرَتَهُ تَعْدِلُ الْقِيَامَPelajarilah ilmu, sebab mempelajari ilmu karena Allah adalah kebaikan, mendaras ilmu sama dengan bertasbih, membahas ilmu sama dengan berjuang, mencari ilmu adalah ibadah, mengajarkan ilmu adalah sedekah, memberikan ilmu kepada yang memerlukan adalah pendekatan diri kepada Allah, memikirkan ilmu sebanding dengan pahala puasa dan memusyawarahkan ilmu sebanding pahala salat malam.Rasulullah saw bersabda:اُطْلُبِ الْعِلْمَ وَلَوْ كَانَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ بَحْرٌ مِنَ النَّارِTuntutlah ilmu, meskipun di antara kamu dan ilmu terbentang lautan api.Sabda Rasulullah saw:اُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّحْدِTuntutlah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat.Mempelajari ilmu adalah wajib setiap saat dan keadaan. Sebagian dari para ulama salaf (ulama dahulu) berpendapat bahwa ilmu ada empat macam:- Ilmu untuk membetulkan amalan agama.
- Ilmu kedokteran untuk menyehatkan badan.
- Ilmu falak untuk menentukan waktu salat.
- Ilmu nahwu untuk membetulkan bacaan.
Ilmu dapat dihasilkan dengan dua cara:- Usaha, yaitu ilmu yang dapat diperoleh dengan jalan belajar dan membaca secara terus menerus.
- Mendengarkan, yaitu belajar dari para ulama dengan mendengarkan permasalahan agama dan dunia. Hal ini tidak dapat berhasil kecuali dengan mencintai para ulama, bergaul dengan mereka, menghadiri majlis-majlis taklim mereka dan meminta penjelasan dari mereka.
Orang yang menuntut ilmu wajib berniat dalam usaha menghasilkan ilmu tersebut:- mencari keridlaan Allah,
- mencari kebahagiaan akhirat,
- menghilangkan kebodohan dirinya dan semua orang yang bodoh,
- menghidupkan agama,
- mengabadikan agama dengan ilmu, dan
- mensyukuri kenikmatan akal dan kesehatan badan
Ia tak boleh berniat agar manusia menghadap kepadanya, mencari kesenangan dunia dan kemuliaan di depan pejabat dsb.Menyebarkan ilmu agama
Nabi Muhammad saw bersabda:لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَHendaklah orang yang hadir di antara kamu sekalian menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.Wajib bagi seseorang yang mendengarkan untuk menyampaikan segala sesuatu yang didengarkan kepada orang yang tidak hadir. Hadits ini ditujukan kepada para sahabat dan orang-orang sesudah mereka sampai hari kiamat. Jadi wajib bagi seseorang yang memiliki (ahli) ilmu untuk bertabligh. Setiap orang yang mengetahui satu masalah adalah ahli ilmu dalam masalah tersebut. Setiap orang awam yang mengetahui syarat salat, wajib mengajarkan kepada orang lain. Jika ia tidak mau mengajarkan, maka ia bersekutu dalam dosa dengan orang yang belum mengetahuinya.Pada setiap masjid dan tempat wajib ada seorang ahli agama yang mengajar kepada manusia dan memberikan pemahaman kepada mereka mengenai masalah-masalah agama. Demikian juga halnya di setiap desa. Setiap ahli agama setelah selesai melaksanakan fardlu 'ain, yaitu mengajar di daerahnya sendiri, melakukan fardlu kifayah, yaitu keluar ke daerah yang berdekatan dengan daerahnya, untuk mengajarkan agama dan kewajiban syariat kepada penduduk desa tersebut. Ahli agama tersebut wajib membawa bekal untuk dimakan sendiri, dan tidak boleh ikut makan makanan orang yang diajar.Jika sudah ada salah seorang yang menunaikan kewajiban ini, maka gugurlah dosa dari para ahli ilmu yang lain. Jika tidak ada sama sekali orang yang menunaikan kewajiban ini, maka dosanya akan menimpa semua orang. Orang yang alim berdosa karena keteledorannya tidak mau pergi ke daerah tersebut; sedangkan orang yang bodoh berdosa karena keteledorannya dalam meninggalkan menuntut ilmu. Ini adalah pendapat Syeikh Ahmad as-Suhaimi yang dinukil oleh Imam al-Ghozali.Ada 3 tanda bagi orang alim yang ingin mencari kebahagiaan akhirat:- Ia tidak mencari kesenangan dunia dengan ilmunya.
- Kesibukannya dalam ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat, sehingga ia memperhatikan ilmu yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki batin dan hatinya.
- Ia menyandarkan ilmunya pada taklid (mengikuti) kepada Pemilik Syariat, Nabi Muhammad saw, dalam ucapan dan perbuatannya.
Tanda orang yang tidak mencari kesenangan dunia dengan ilmunya ada lima:- Ucapannya tidak menyalahi perbuatannya, sehingga ia menjadi orang yang pertama kali melakukan perintah dan meninggalkan larangan.
- Ia memperhatikan ilmu menurut kadar kemampuannya, dan senang kepada ketaatan serta menjauhi ilmu yang memperbanyak perdebatan.
- Ia menjauhi kemewahan dalam makanan, tempat tinggal, perkakas rumah tangga dan pakaian.
- Ia menahan diri dari mempergauli para pejabat, kecuali untuk memberi nasihat kepadanya atau untuk menolak kedlaliman, atau untuk memberikan pertolongan dalam hal yang diridlai oleh Allah Ta'ala.
- Ia tidak cepat-cepat memberikan fatwa kepada orang yang bertanya, tetapi mengatakan: "Tanyakan kepada orang yang ahli memberi fatwa!", karena kehati-hatiannya. Ia mencegah diri dari berijtihad dalam sesuatu masalah, jika masalah tersebut tidak jelas bagi dirinya. Bahkan ia mengatakan: "Saya tidak tahu!" apabila ijtihad tersebut tidak mudah baginya.
Mengagungkan dan menghormati al-Quran
Mengagungkan dan menghormati Al-Quran harus dilakukan dengan jalan:- Membacanya dalam keadaan suci.
- Tidak menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci.
- Bersikat gigi pada waktu ingin membacanya.
- Duduk dengan lurus dan tidak boleh bertelekan pada waktu membaca al-Quran selain dalam salat.
- Memakai pakaian yang bagus, karena orang yang membaca al-Quran pada hakekatnya beraudiensi dengan Tuhannya.
- Menghadap kiblat pada waktu membaca al-Quran.
- Berkumur setiap kali berdahak.
- Berhenti membaca al-Quran pada waktu menguap (angop = Jw).
- Membaca al-Quran dengan serius (bersungguh-sungguh) dan tartil.
- Membaca setiap huruf dengan benar.
- Tidak meninggalkan al-Quran dalam keadaan terbuka pada waktu meletakkannya.
- Tidak meletakkan sesuatu di atas al-Quran, sehingga mushaf al-Quran selamanya berada di atas segalanya.
- Meletakkan mushaf Al-Quran di pangkuannya atau di atas sesuatu di mukanya dan jangan meletakkannya di atas lantai ketika membacanya.
- Tidak menghapus tulisan al-Quran dengan ludah, tetapi harus dengan air.
- Tidak mempergunakan mushaf yang telah rusak dan kertasnya telah rapuh, agar mushaf tetap utuh dan tidak menyia-nyiakannya.
- Tidak membaca al-Quran di pasar, tempat keramaian, dan tempat pertemuan orang-orang bodoh.
- Tidak membuang basuhan tulisan al-Quran untuk berobat di tempat sampah, tempat najis, atau tempat yang diinjak-injak, tetapi harus dibuang di tempat yang tidak diinjak oleh orang, atau menggali lubang di tempat yang suci dan menyiram badannya di lubang tersebut, lalu lubang tersebut ditutup kembali, atau menyiram badannya di sungai yang besar, sehingga airnya mengalir bercampur dengan air sungai.
- Menyebut nama Allah (membaca basmalah) pada waktu menulis al-Quran atau meminum tulisan al-Quran dan mengagungkan niat dalam hal tersebut, karena Allah akan memberinya menurut kadar niatnya.
Bersuci
Dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 6 Allah swt berfirman:يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُؤُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْا وَاِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى اَوْ عَلَى سَفَرٍ اَوْ جَاءَ اَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ اَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَآءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيْدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلكِنْ يُرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَHai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan mata kaki. Jika kamu junub, mandilah. Jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (WC) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia ingin membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.Rasulullah saw bersabda:اَلطُّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَانِBersuci itu separuh dari iman.Menurut Syeikh Suhaimi hadits ini berarti bahwa berwudlu lahir batin dilihat dari pahalanya adalah separoh dari iman. Syeikh Hatim al-Asham berkata kepada 'Ashim bin Yusuf: "Apabila waktu salat telah datang, berwudlulah engkau dengan dua wudlu, yaitu wudlu lahir dan batin!" 'Ashim bin Yusuf berkata: "Bagaimana wudlu tersebut?" Syeikh Hatim al-Asham berkata: "Wudlu lahir sudah engkau ketahui. Sedangkan wudlu batin ialah dengan bertaubat, menyesali perbuatan dosa, meninggalkan perasaan dendam, menipu, keragu-raguan, kesombongan, dan meninggalkan kesenangan kepada penampilan dunia, pujian manusia, dan politik praktis.Sahabat 'Umar bin Khattab berkata: "Wudlu yang bagus dapat menolak kejahatan syaithan dari Anda".
Memuat
Assalaamu'alaikum.
BalasHapusKapan seri lanjutannya di share?
Ditunggu kabar baiknya.
Assalamu'alaikum..izin copas..
BalasHapuskapan penjelasan cabang iman yang selanjutnya?
semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Alloh..