Selasa, 26 April 2016

Keutamaan belajar ngaji

Bismillahirrahmanirrahim. Dinukil dari kitab Tambihul Gofilin karangan Abul Laist As Samarqondi :

تنبيه الغافلين  أبو الليث السمرقندي.
يُقَالُ مَنِ انْتَهَى إِلَى الْعَالِمِ، وَجَلَسَ مَعَهُ، وَلَا يَقْدِرُ عَلَى أَنْ يَحْفَظَ الْعِلْمَ، فَلَهُ سَبْعُ كَرَامَاتٍ

Dikatakan bahwa seseorang yang telah sampai kepada orang yang alim dan duduk bersamanya tetapi dia tidak mampu menghafalakan ilmu, maka orang tersebut mendapatkan tujuh kemuliaan :

أَوَّلُهَا: يَنَالُ فَضْلَ الْمُتَعَلِّمِينَ.

1. mendapatkan keutamaan orang-orang yang belajar.

وَالثَّانِي: مَا دَامَ جَالِسًا عِنْدَهُ كَانَ مَحْبُوسًا عَنِ الذُّنُوبِ وَالْخَطَأِ.

2. selama masih duduk bersama orang alim maka dia tercegah dari melakukan dosa dan kesalahan.

وَالثَّالِثُ: إِذَا خَرَجَ مِنْ مَنْزِلِهِ تَنْزِلُ عَلَيْهِ الرَّحْمَةُ

3. ketika keluar dari rumahnya maka rahmat turun kepadanya.

وَالرَّابِعُ: إِذَا جَلَسَ عِنْدَهُ، فَتَنْزِلُ عَلَيْهِمُ الرَّحْمَةُ، فَتُصِيبُهُ بِبَرَكَتِهِمْ.

4. ketika dia duduk disamping orang alim kemudian rahmat turun kepada mereka maka dia pun mendapatkan rahmat sebab berkah mereka.

وَالْخَامِسُ: مَا دَامَ مُسْتَمِعًا تُكْتَبُ لَهُ الْحَسَنَةُ.

5. selama masih mendengarkan maka ditulis kebaikan baginya.

وَالسَّادِسُ: تَحُفُّ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا رِضًا وَهُوَ فِيهِمْ.

6. mereka dikepung malaikat dengan sayap-sayapnya dan orang tersebut juga bersama mereka.

وَالسَّابِعُ: كُلُّ قَدَمٍ يَرْفَعُهُ، وَيَضَعُهُ يَكُونُ كَفَّارَةً لِلذُّنُوبِ، وَرَفْعًا لِلدَّرَجَاتِ لَهُ، وَزِيَادَةً فِي الْحَسَنَاتِ

7. setiap langkah kakinya yang diangkat dan diletakkan maka menjadi penghapus bagi dosa-dosa, pengangkat derajat dan tambahan kebaikan baginya.

ثُمَّ يُكْرِمُهُ اللَّهُ تَعَالَى بِسِتِّ كَرَامَاتٍ أُخْرَى:  أَوَّلُهَا: يُكْرِمُهُ بِحُبِّ شُهُودِ مَجْلِسِ الْعُلَمَاءِ

Kemudian Allah memuliakannya lagi dengan enam kemuliaan yang lainnya:

1. Allah memuliakannya dengan cintanya melihat majlisnya ulama'

الثَّانِي: كُلُّ مَنْ يَقْتَدِي بِهِمْ، فَلَهُ مِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ.

2. setiap orang yg mengikuti mereka (ulama') maka baginya pahala sebagaimana pahala mereka tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka.

وَالثَّالِثُ لَوْ غَفَرَ لِوَاحِدٍ مِنْهُمْ يَشْفَعُ لَهُ.

3. jika salah seorang diantara mereka diampuni maka bisa memberikan syafaat kepadanya.

وَالرَّابِعُ: يُبَرِّدُ قَلْبَهُ مِنْ مَجْلِسِ الْفُسَّاقِ.

4. hatinya menjadi dingin dari majlisnya orang-orang fasik.

وَالْخَامِسُ: يَدْخُلُ فِي طَرِيقِ الْمُتَعَلِّمِينَ وَالصَّالِحِينَ.

5. masuk kedalam jalannya para pelajar dan orang-orang sholih.

وَالسَّادِسُ: يُقِيمُ أَمْرَ اللَّهِ تَعَالَى

6. menegakkan perintah Allah ta'ala.

هَذَا لِمَنْ لَمْ يَحْفَظْ شَيْئًا، وَأَمَّا الَّذِي يَحْفَظُ فَلَهُ أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ

" Ini semua adalah bagi orang yang tidak menghafal ilmu sedikitpun, adapun bagi orang yang menghafal ilmu maka baginya kemuliaan yang berlipat ganda". Wallohu a'lam. [Oleh : Ustadz Kang Rholiez].

LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/1161791230510350/
www.fb.com/notes/1202077763148363

Minggu, 24 April 2016

Sifat Kalam Allah tanpa huruf dan suara

Dalam pemahaman Ulama kita; ulama Ahlussunnah ketika dikatakan: "al-Qur'an Kalam Allah", maka dalam pemaknaannya terdapat dua pengertian;

Pertama: Al-Qur'an dalam pengertian lafazh-lafazh yang diturunkan (al-Lafzh al-Munazzal), yang ditulis dengan tinta di antara lebaran-lembaran kertas (al-Maktub Bain al-Masha-hif), yang dibaca dengan lisan (al-Maqru' Bi al-Lisan), dan dihafalkan di dalam hati (al-Mahfuzh Fi ash-Shudur). Al-Qur'an dalam pengertian ini maka tentunya ia berupa bahasa Arab, tersusun dari huruf-huruf, serta berupa suara saat dibaca.

Kedua: Al-Qur'an dalam pengertian Kalam Allah ad-Dzati. Artinya dalam pengertian salah satu sifat Allah yang wajib kita yakini, yaitu sifat al-Kalam. Sifat Kalam Allah ini, sebagaimana seluruh sifat-sifat Allah lainnya, tidak menyerupai makhluk-Nya. Sifat Kalam Allah tanpa permulaan dan tanpa penghabisan, serta tidak menyerupai sifat kalam yang ada pada makhluk. Sifat kalam pada makhluk berupa huruf-huruf, suara dan bahasa. Adapun Kalam Allah bukan huruf, bukan suara dan bukan bahasa.

Al-Qur'an dalam pengertian pertama (al-Lafzh al-Munazzal)maka ia adalah makhluk. Dan al-Qur'an dalam pengertian yang kedua (al-Kalam adz-Dzati) maka jelas ia bukan makhluk. Namun demikian, al-Qur'an baik dalam pengertian pertama maupun dalam pengertian kedua tetap disebut "Kalam Allah". Kita tidak boleh mengatakan secara mutlak; "al-Qur'an Makhluk", sebab pengertian al-Qur'an ada dua; dalam pengertian al-Lafzh al-Munazzal dan dalam pengertian al-Kalam adz-Dzati, sebagaimana di atas.

Al-Qur'an dalam pengertian pertama adalah sebagai ungkapan dari sifat Kalam Allah adz-Dzati. Maka al-Qur'an yang berupa kitab yang kita baca dan kita hafalkan, tersusun dari huruf-huruf, dan dalam bentuk bahasa Arab, bukan sebagai Kalam Allah al-Dzati (sifat Kalam Allah), melainkan kitab tersebut adalah ungkapan ('Ibarah) dari Kalam Allah al-Dzati yang bukan suara, bukan huruf-huruf, dan bukan bahasa.Sebagai pendekatan, apabila kita menulis lafazh "Allah" di papan tulis, maka hal itu bukan berarti bahwa "Allah" yang berupa tulisan itu Tuhan yang kita sembah. Melainkan lafazh atau tulisan "Allah" tersebut hanya sebagai ungkapan ('Ibarah) bagi adanya Tuhan yang wajib kita sembah, yang bernama "Allah". Demikian pula dengan "al-Qur'an", ia disebut "Kalam Allah" bukan dalam pengertian bahwa itulah sifat Kalam Allah; berupa huruf-huruf, dan dalam bahasa Arab. Tetapi al-Qur'an yang dalam bentuk huruf-huruf dan dalam bentuk bahasa Arab tersebut adalah sebagai ungkapan dari sifat Kalam Allah adz-Dzati.

Dengan demikian harus dibedakan antara al-Lafzh al-Munazzal dan al-Kalam adz-Dzati. Sebab apa bila tidak dibedakan antara dua perkara ini, maka setiap orang yang mendengar bacaan al-Qur'an akan mendapatkan gelar "Kalimullah" sebagaimana Nabi Musa yang telah mendapat gelar "Kalimullah". Tentu hal ini menjadi rancu dan tidak dapat diterima. Padahal, Nabi Musa mendapat gelar "Kalimullah" adalah karena beliau pernah mendengar al-Kalam adz-Dzati yang bukan berupa huruf, bukan suara dan bukan bahasa. Dan seandainya setiap orang yang mendengar bacaan al-Qur'an mendapat gelar "Kalimullah" seperti gelar Nabi Musa, maka berarti tidak ada keistimewaan sama sekali bagi Nabi Musa yang telah mendapatkan gelar "Kalimullah" tersebut.

Dalam al-Qur'an Allah berfirman: "Dan apa bila seseorang dari orang-orang musyrik meminta perlidungan darimu (wahai Muhammad) maka lindungilah ia hingga ia mendengar Kalam Allah". (QS. at-Taubah: 6). Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk memberikan perlidungan kepada seorang kafir musyrik yang diburu oleh kaumnya, jika memang orang musyrik ini meminta perlindungan darinya. Artinya, Orang musyrik ini diberi keamanan untuk hidup di kalangan orang-orang Islam hingga ia mendengar Kalam Allah. Setelah orang musyrik tersebut diberi keamanan dan mendengar Kalam Allah, namun ternyata ia tidak mau masuk Islam, maka ia dikembalikan ke wilayah tempat tinggalnya. Dalam ayat ini, yang dimaksud bahwa orang musyrik tersebut "mendengar Kalam Allah" adalah mendengar bacaan kitab al-Qur'an yang berupa lafazh-lafazh dalam bentuk bahasa Arab (al-Lafzh al-Munazzal), bukan dalam pengertian mendengar al-Kalam adz-Dzati. Sebab jika yang dimaksud mendengar al-Kalam adz-Dzati maka berarti sama saja antara orang musyrik tersebut dengan Nabi Musa yang telah mendapatkan gelar "Kalimullah". Dan bila demikian maka berarti orang musyrik tersebut juga mendaptkan gelar "Kalimullah", persis seperti Nabi Musa. Tentunya hal ini tidak bisa dibenarkan.

Diantara dalil lainnya yang menguatkan bahwa al-Kalam adz-Dzati bukan berupa huruf-huruf, bukan suara, dan bukan bahasa adalah firman Allah: "... dan Dia Allah yang menghisab paling cepat". (QS. al-An'am: 62). Pada hari kiamat kelak, Allah akan menghisab seluruh hamba-Nya dari bangsa manusia dan jin. Allah akan memperdengarkan Kalam-Nya kepada setiap orang dari mereka. Dan mereka akan memahami dari kalam Allah tersebut pertanyaan-pertanyaan tentang segala apa yang telah mereka kerjakan, segala apa yang mereka katakan, dan segala apa yang mereka yakini ketika mereka hidup di dunia. Rasulullah bersabda: "Setiap orang akan Allah perdengarkan Kalam-Nya kepadanya (menghisabnya) pada hari kiamat, tidak ada penterjemah antara dia dengan Allah". (HR. al-Bukhari)

Kelak di hari kiamat Allah akan menghisab seluruh hamba-Nya dalam waktu yang sangat singkat. Seandainya Allah menghisab mereka dengan suara, susunan huruf, dan dengan bahasa, maka Allah akan membutuhkan waktu beratus-ratus ribu tahun untuk menyelesaikan hisab tersebut, karena makhluk Allah sangat banyak. Termasuk di antara bangsa manusia adalah kaum Ya-juj dan Ma-juj, diriwayatkan dalam beberapa hadits bahwa mereka termasuk bangsa manusia dari keturunan Nabi Adam. Dalam hadits riwayat al-Bukhari disebutkan bahwa kaum terbesar yang kelak menghuni neraka adalah kaum Ya-juj dan Mu-juj ini. Tentang jumlah mereka disebutkan dalam hadits riwayat Ibn Hibban dan an-Nasa-i bahwa setiap orang dari mereka tidak akan mati kecuali setelah beranak-pinak hingga keturunannya yang ke seribu (Lihat Ibn Hibban dalam al-Ihsan Bi Tartib Shahih Ibn Hibban, j. 1, h. 192, dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra; Kitab at-Tafsir; Tafsir Surah al-Anbiya'). Artinya, jumlah mereka jauh lebih besar di banding jumlah seluruh manusia yang bukan dari kaum Ya-juj dan Ma-juj. Mereka semua hidup di tempat yang diketahui oleh Allah dari bumi ini, dan antara kita dengan mereka dipisahkan oleh semacam "tembok besar" (as-sadd) yang dibangun oleh Dzul Qarnain dahulu (lebih lengkap lihat al-Kawkab al-Ajuj Fi Ahkam al-Mala-ikat Wa al-Jinn Wa asy-Syathin Wa Ya-juj Wa Ma-juj dalam Majmu'ah Sab'ah Kutub Mufidah karya as-Sayyid Alawi ibn Ahmad as-Saqqaf). Kemudian lagi bangsa jin yang sebagian mereka hidup hingga ribuan tahun, bahkan manusia sendiri, sebelum umat Nabi Muhammad, ada yang mencapai umurnya hingga 2000 tahun, ada yang berumur hingga 1000 tahun, dan ada pula yang hanya 100 tahun. Kelak mereka semua akan dihisab dalam berbagai perkara menyangkut kehidupan mereka di dunia, tidak hanya dalam urusan perkataan atau ucapan saja, tapi juga menyangkut segala perbuatan dan keyakinan-keyakinan mereka. Seandainya Kalam Allah berupa suara, huruf, dan bahasa maka dalam menghisab semua makhluk tersebut Allah akan membutuhkan kepada waktu yang sangat panjang. Karena dalam penggunaan huruf-huruf dan bahasa jelas membutuhkan kepada waktu. Huruf berganti huruf, kemudian kata menyusul kata, dan demekian seterusnya. Dan bila demikian maka maka berarti Allah bukan sebagai Asra' al-Hasibin (Penghisab yang paling cepat), tapi sebaliknya; Abtha' al-Hasibin (Penghisab yang paling lambat). Tentunya hal ini mustahil bagi Allah.

Al-Imam al-Mutakallim Ibn al-Mu'allim al-Qurasyi dalam kitab Najm al-Muhtadi Wa Rajm al-Mu'tadi menuliskan sebagai berikut:"Asy-Syaikh al-Imam Abu Ali al-Hasan ibn Atha' pada tahun 481 H ketika ditanya sebuah permasalahan berkata: Sesungguhnya huruf-huruf itu dalam penggunaannya saling mendahuli satu atas lainnya. Pergantian saling mandahuli antara huruf seperti ini tidak dapat diterima oleh akal jika terjadi pada Allah yang maha Qadim. Sebab pengertian bahwa Allah maha Qadim adalah bahwa Dia ada tanpa permulaan, sementara pergantian huruf-huruf dan suara adalah sesuatu yang baharu (hadits) yang memiliki permulaan; tidak Qadim. Kemudian seluruh sifat-sifat Allah itu Qadim; tanpa permulaan, termasuk sifat Kalam-Nya. Seandainya Kalam Allah tersebut berupa huruf-huruf dan suara maka berarti pada kalam-Nya tersebut terjadi pergantian antara satu huruf dengan lainnya, antara satu suara dengan suara lainnya, dan bila demikian maka Dia akan disebukan oleh perkara tersebut. Padahal Allah tidak disibukan oleh satu perkara atas perkara yang lain. Di hari kiamat Allah akan menghisab seluruh makhluk dalam hanya sesaat saja. Artinya, dalam waktu yang sangat singkat seluruh makhluk-makhluk tersebut akan memahami Kalam Allah dalam menghisab mereka. Seandainya Kalam Allah berupa huruf dan bahasa maka berarti sebelum selesai menghisab: "Wahai Ibrahim..."; Allah tidak mampu untuk menghisab: "Wahai Muhammad...". Bila kejadian hisab seluruh makhluk seperti ini maka seluruh makhluk tersebut akan terkurung dalam waktu yang sangat panjang menunggu selesai hisab satu orang demi satu orang. Tentunya perkara ini adalah mustahil bagi Allah".


Makna Firman Allah: "Kun Fayakun" (QS. Yasin: 82)

Dalam al-Qur'an Allah berfirman: "Inama Amruhu Idza Arada Sya'ian An Yaqula Lahu Kun Fayakun" (QS. Yasin: 82). Makna ayat ini bukan berarti bahwa setiap Allah berkehendak menciptakan sesuatu, maka dia berkata: "Kun", dengan huruf "Kaf" dan "Nun" yang artinya "Jadilah...!". Karena seandainya setiap berkehendak menciptakan sesuatu Allah harus berkata "Kun", maka dalam setiap saat perbuatan-Nya tidak ada yang lain kecuali hanya berkata-kata: "kun, kun, kun...". Hal ini tentu mustahil atas Allah. Karena sesungguhnya dalam waktu yang sesaat saja bagi kita, Allah maha Kuasa untuk menciptakan segala sesuatu yang tidak terhitung jumlanya. Deburan ombak di lautan, rontoknya dedaunan, tetesan air hujan, tumbuhnya tunas-tunas, kelahiran bayi manusia, kelahiran anak hewan dari induknya, letusan gunung, sakitnya manusia dan kematiannya, serta berbagai peristiwa lainnya, semua itu adalah hal-hal yang telah dikehendaki Allah dan merupakan ciptaan-Nya. Semua perkara tersebut bagi kita terjadi dalam hitungan yang sangat singkat, bisa terjadi secara beruntun bahkan bersamaan.

Adapun sifat perbuatan Allah sendiri (Shifat al-Fi'il) tidak terikat oleh waktu. Allah menciptakan segala sesuatu, sifat perbuatan-Nya atau sifat menciptakan-Nya tersebut tidak boleh dikatakan "di masa lampau", "di masa sekarang", atau "di masa mendatang". Sebab perbuatan Allah itu azali, tidak seperti perbuatan makhluk yang baharu. Perbuatan Allah tidak terikat oleh waktu, dan tidak dengan mempergunakan alat-alat. Benar, segala kejadian yang terjadi pada alam ini semuanya baharu, semuanya diciptakan oleh Allah, namun sifat perbuatan Allah atau sifat menciptakan Allah (Shifat al-Fi'il) tidak boleh dikatakan baharu.

Kemudian dari pada itu, kata "Kun" adalah bahasa Arab yang merupakan ciptaan Allah (al-Makhluk). Sedangkan Allah adalah Pencipta (Khaliq) bagi segala bahasa. Maka bagaimana mungkin Allah sebagai al-Khaliq membutuhkan kepada ciptaan-Nya sendiri (al-Makhluq)?! Seandainya Kalam Allah merupakan bahasa, tersusun dari huruf-huruf, dan merupakan suara, maka berarti sebelum Allah menciptakan bahasa Dia diam; tidak memiliki sifat Kalam, dan Allah baru memiliki sifat Kalam setelah Dia menciptakan bahasa-bahasa tersebut. Bila seperti ini maka berarti Allah baharu, persis seperti makhluk-Nya, karena Dia berubah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Tentu hal seperti ini mustahil atas Allah.

Dengan demikian makna yang benar dari ayat dalam QS. Yasin: 82 diatas adalah sebagai ungkapan bahwa Allah maha Kuasa untuk menciptakan segala sesuatu tanpa lelah, tanpa kesulitan, dan tanpa ada siapapun yang dapat menghalangi-Nya. Dengan kata lain, bahwa bagi Allah sangat mudah untuk menciptakan segala sesuatu yang Ia kehendaki, sesuatu tersebut dengan cepat akan terjadi, tanpa ada penundaan sedikitpun dari waktu yang Ia kehendakinya.



[ الله موجود بلا مكان ]

Jumat, 22 April 2016

Buah anggur dan minuman dari nggur

مسيحي استقبل رجل مسلم في بيته

"Seorang muslim bertamu kesalah satu rumah orang kristen (masihy)....".

فأحضر له العنب فأكله ثم أحضر له النبيذ (خمرا)
فقال المسلم ..: هذا محرم علينا

"Maka tuan rumah menghidangkan kepada orang muslim tersebut buah anggur , lalu sang muslim memakan anggur tersebut . Kemudian tuan rumah menghidangkan minuman dari anggur ( minuman keras..red), dan orang muslim tersebut sontak mengatakan : "Ini haram bagi kami kaum muslim....!!!".

فقال المسيحي : عجباً لكم أيها المسلمون تحلّون هذا و تحرّمون هذا ..
مع ان هذا من هذا !!..

"Maka berkatalah orang nasrani tersebut : "Saya heran dengan kalian wahai orang muslim , kalian menghalalkan ini ( buah anggur..red) namun mengharamkan minuman dari anggur (khomer...red). Padahal, minuman ini terbuat dari anggur( sumbernya sama...red)".

فقال المسلم : ألك زوجة ؟
فقال المسيحي: نعم ..

"Orang muslimpun bertanya : "apakah anda memiliki seorang istri...?!".
orang nasrani menjawab : "Iya, saya punya...!".

فقال المسلم : ائتني بها .. فأحضرها

"Orang muslim berkata : "Coba bawa kesini.....!".
Maka orang nasrani tersebut menghadirkan istrinya."

ثم قال له : ألك ابنة؟
ققال المسيحي : نعم

"Lalu apakah anda juga memiliki anak perempuan...?!" Tanya orang muslim.
Jawab nasrani : "iya, saya juga punya..!".

فقال المسلم : ائتني بها .. فأحضرها

"Orang muslim berkata : "kalau begitu bawa kesini juga....!".
Maka didatangkanlah anak perempuannya."

فقال المسلم : أما ترى أن الله أحلّ لك هذه و حرّم عليك هذه .. مع أن هذه من هذه !!

"Kemudian setelah berkumpul semuanya , sang muslim berkata : "Perhatikanlah, bukankah Allah menghalalkan istri anda buat anda ( gauli ...red) dan mengharamkan anak perempuan anda untuk kalian ( gauli...red)..?!!!! Padahal sumbernya sama ( anak perempuan berasal dari ibu perempuan.....red)"

فقال المسيحي : "أَشْهَدُ أَنّ لَّا إِلَٰهَ إِلَّإ الله و أَشْهَدُ ان محمد رسول الله"

"Akhirnya orang nasrani tersebut masuk islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat:

أشهد أن لا إله إلا الله و أن محمداً رسول الله

رحم الله من نشرها وجعلها فى ميزان حسناته

FATWA BIN BAZ : USBU' MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB & MAULID BAGINDA NABI SAW




WAHABI==== WAHABI=====CKCKCK

☆ ☆FATWA BIN BAZ : USBU' MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB & MAULID BAGINDA NABI SAW ☆☆

※ USBU' MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB,
Ibnu Baz, mufti Wahabi berkata:

كلمة في أسبوع الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه الله
أيها الإخوة الكرام, إن الاجتماع لدراسة مذهب السلف الصالح ومنه دعوة الشيخ محمد بن عبد الوهاب , وتعريف الناس بها, ... أمر واجب ومن أعظم القرب إلى الله; لأنه تعاون على الخير, وتشاور في المعروف, وبحث للوصول إلى الأفضل,
(الشيخ ابن باز، مجموع فتاوى ومقالات متنوعة، ج ١ ص ٣٨٢).

Prakata Tentang Perayaan Sepekan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Saudara-saudara yang mulia.
Sesungguhnya berkumpul untuk mempelajari Madzhab Salaf yang Shaleh, antara lain mempelajari dakwahnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan mengenalkannya kepada masyarakat …
Adalah perkara yang Wajib dan Termasuk Ibadah Sunnah yang paling agung kepada Allah,
Karena sesungguhnya hal itu tolong menolong atas kebaikan,
Tukar pikiran dalam kebaikan dan kajian untuk mencapai pada yang lebih utama.”
(Ibn Baz, Majmu Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 1 hlm 382).

————————————————————————————

※ MAULID NABI MUHAMMAD BIN ABDULLAH SAW,
 Ibnu Baz berkata:

لا يجوز الاحتفال بمولد الرسول صلى الله عليه وسلم ولا غيره ; لأن ذلك من البدع المحدثة في الدين; لأن الرسول صلى الله عليه وسلم لم يفعله, ولا خلفاؤه الراشدون, ولا غيرهم من الصحابة رضوان الله على الجميع, ولا التابعون لهم بإحسان في القرون المفضلة, وهم أعلم الناس بالسنة, وأكمل حبا لرسول الله صلى الله عليه وسلم ومتابعة لشرعه ممن بعدهم,
(الشيخ ابن باز، مجموع فتاوى ومقالات متنوعة، ج ١ ص ١٧٨).

Tidak boleh merayakan kelahiran Rasul Saw dan lainnya. Karena hal tersebut termasuk Bid’ah yang diada-ada dalam agama.
Karena Rasul Saw tidak pernah melakukannya,
Tidak pula Khulafaur Rasyidin,
Tidak pula para sahabat yang lain,
Tidak pula kaum Tabi’in dalam masa-masa yang utama. Mereka adalah manusia yang paling mengetahui sunnah dan paling sempurna Cintanya kepada Rasulullah Saw dan mengikuti Syariatnya dari pada orang-orang sesudah mereka.
(Syaikh Ibnu Baz, Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 1 hlm 178).

~ Lihat scan kitab dibawah..!!!

————————————————————————————

■ Kesimpulan dari fatwa diatas tersebut:

— Jika Maulid:
● Rasul Saw tidak pernah melakukan.
● Khulafaur Rasyidin tidak pernah melakukan
● Para sahabat tidak pernah melakukan
● Para tabi’in tidak pernah melakukan.

○ Begitu pula Usbu'......
● Rasul Saw tidak pernah melakukan.
● Khulafaur Rasyidin tidak pernah melakukan
● Para sahabat tidak pernah melakukan
● Para tabi’in tidak pernah melakukan

◎ Ini membuktikan bahwa Wahabi tidak berpegangan pada kaidah keilmuan yang yang benar.
Mereka Ibarat Ular, yang Licin Kulitnya ketika Dipegang.

◎ Seandainya kita berpijak pada fatwa Ibnu Baz yang di atas, tentang Wajibnya Perayaan Usbu’ Muhammad bin Abdul Wahhab,
Maka Maulid Baginda Nabi Saw Seharusnya lebih Wajib Selama Satu bulan.

◎ Dari Sini Kita Bisa Menilai....
Kecintaan Mereka (Wahabi) Terhadap Pendirinya (Muhammad bin Abdul Wahab)
Dan Kebencian Mereka Terhadap Baginda Nabi Saw...!!

————————————————————————————————

Rabu, 20 April 2016

Gambaran posisi imam dan makmun dalam sholat berjamaah


Gambar posisi makmum yang sah dan tidak ketika sholat berjamaah di area masjid dan luarnya
Gambar 1
Sholat makmum SAH, karena makmum bisa menuju ke imam meski dg cara berjalan mundur dan berbelok, meski makmum berada di serambi masjid. Dengan catatan serambi masjid di iktibar sebagai masjid (maksudnya serambi maajid memang ketika dibangun diniati sebagai masjid).
=> Kasus ini bisa sah apabila makmum bisa mengetahui perpindahan gerak imam dengan suara, meski dibantu dengan suara muballigh (perantara). Ini adalah salah satu khususiyyah sholat di area masjid.
Gambar 2
Sholat makmum TIDAK SAH, karena makmum tidak bisa menuju ke imam secara muthlak, baik dg cara berjalan mundur atau berbelok (dia bisa menuju ke imam, tapi harus keluar dari batas masjid).
Gambar 3
Sholat jamah makmum TIDAK SAH, karena makmum berada di luar masjid, sedang makmum tidak bisa melihat imam, dan dia tidak melihat makmum lain yg bisa melihat gerakan imam.
=> Kasus ini meskipun makmum mendengar suara imam, seperti takbiratul ihram, takbir intiqal dll. Tetep tidak sah, karena makmum berada di luar masjid.
Beda dg kasus gambar nomer 1, meskipun makmum tidak melihat imam, akan tetapi dia berada di dalam masjid dan masih bisa mendengar suara imam.
Gambar no 4
Sholat makmum TIDAK SAH, karena makmum berada di luar masjid, dan dia tidak bisa menuju ke arah imam dg tanpa berjalan ke belakang dan berbelok
=>  Posisi makmum tidak bisa melihat imam.
Keterangan dan gambar diambil dari kitab At Taqriiratus Sadiidah karya Al Habib Hasan bin Ahmad Al Kaff.
#Hasil diskusi dari group WA Problems and Solutions in Islam

Selasa, 19 April 2016

Syair-syair hikmah KH.Abdul Wahid Hasyim


KH Abdul Wahid Hasyim termasuk tokoh yang gemar mencatat. Tak heran, sejumlah pantun dan sajak kesukaannya dalam berbagai bahasa tetap tersimpan rapi hingga sekarang. Beberapa syair hikmah berbahasa Arab berikut adalah sebagain warisan berharga dari ulama dan pahlawan nasional ini.
<>

وَلَا شَيْءٌ يَدُوْمُ فَكُنْ حَدِيْثاً # جَمِيْلَ الذّكْرِ فَالدُّنْيَا حَدِيْثُ
Tak ada satu pun di dunia ini yang kekal. Maka, ukirlah cerita indah sebagai kenangan. Karena dunia memang sebuah cerita

أَلَا لِيَقُلْ مَا شَاءَ مَنْ شَاءَ إِنّماَ # يُلاَمُ الفَتىَ فِيْمَا اسْتَطَاعَ مِنَ اْلأَمْرِ
Ungkapkanlah apa yang ingin diungkapkan. (Jangan ragu) pemuda memang selalu dicemooh lantaran kecakapannya.

ذَرِيْنِيْ أَنَالُ مَا لَا يُناَلُ مِنَ اْلعُلَى # فَصَعْبُ العُلىَ فِي الصَّعْبِ وَالسَّهْلُ فِي السَّهْلِ
تُرِيْدِيْنَ إِدْرَاكَ المَعَالِي رَخِيْصَةً # فَلَا بُدَّ دُوْنَ الشَّهْدِ مِنْ إِبْرِ النَّحْلِ�
Biarkan aku meraih kemuliaan yang belum tergapai. Derajat kemuliaan itu mengikuti kadar kemudahan dan kesulitannya. Engkau kerap ingin mendapatkan kemuliaan itu secara murah. Padahal pengambil madu harus merasakan sengatan lebah.

سَتُبْدِيْ لَكَ الأَيَّامُ مَا كُنْتَ جاَهِلاً # وَيَأْتِيْكَ بِاْلأَخْبَارِ مَا لَمْ تُزَوِّدِ�
Kelak waktu akan memperlihatkan dirimu sebagai orang yang bodoh, dan membawakan kabar untukmu tentang perbekalan yang kosong.

لَقَدْ غَرَسُوْا حَتَّى أَكَلْناَ وَإِنَّناَ # لَنَغْرَسُوْا حَتَّى يَأْكُلَ النَّاسُ بَعْدَنَا
Para pendahulu telah menanam sehingga kita memakan buahnya. Sekarang kita juga menanam agar generasi mendatang memakan hasilnya.

إِذَا فَاتَنِيْ يَوْمٌ وَلَمْ أَصْطَنِعْ يَدًا # وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْماً فَمَاذَاكَ مِنْ عُمْرِيْ
Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?

============

  Ketokohan KH Abdul Wahid Hasyim tentu sulit diingkari. Dalam usia 21 tahun, Wahid  muda sudah membuat terobosan-terobosan cemerlang di dunia pendidikan, utamanya pesantren.
<>Ketika bergabung di Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), usianya baru genap 25 tahun. Namun setahun kemudian, Wahid justru mengetuai federasi organisasi massa dan partai Islam ini.

Karir perjuangannya menanjak cepat. Wahid turut memimpin PBNU, menjadi anggota BPUPKI, dan akhirnya ditunjuk sebagai menteri agama. Artinya, selain berjihad menumpas kaum penjajah, Wahid terlibat aktif dalam segenap tahapan paling menentukan dalam proses pendirian negara.

Masa-masa hidup Wahid hampir dihabiskan seluruhnya dengan penuh manfaat. Ulama dan tokoh nasional ini tutup usia pada 19 April 1953, sebelum ulang tahunnya yang ke-38 diperingati. Berikut ini adalah sejumlah syair inspiratif pegangannya, yang sarat pesan perjuangan, kerja keras, penghargaan atas waktu, cita-cita, serta keinsafan tentang dinamika hidup.

وَلَمْ أَجِدِ الْإِنْسَانَ إِلاَّ ابْنَ سَعْيِهِ # فَمَنْ كَانَ أَسْعَى كَانَ بِالْمَجْدِ أَجْدَرَا
وَبِاْلهِمَّةِ العُلْيَا تَرَقَّى إِلَى العُلىَ # فَمَنْ كَانَ أَعْلَى هِمَّةً كَانَ أَظْهَرَا
وَلَمْ يَتَأَخَّرْ مَنْ أَرَادَ تَقَدُّماً # وَلَمْ يَتَقَدَّمْ مَنْ أَرَادَ تَأَخُّرَا

Setiap manusia adalah anak dari jerih payahnya. Semakin keras berusaha, semakin pantas ia jaya. Cita-cita yang tinggi dapat mengangkatnya ke derajat yang tinggi. Semakin keras berkemauan, semakin terang derajat itu. Tak ada langkah mundur bagi orang yang ingin maju. Tak ada kemajuan bagi orang yang menghendaki mundur.

وَلَا تَحْتَقِرْ كَيْدَ الضَّعِيْفِ وَرُبَّمَا # تَمُوْتُ الأَفَاعِي مِنْ سُمُومِ العَقَارِبِ
وَقَدْ هَدَّ قِدْماً عَرْشَ بُلْقِيْسَ هُدْهُدٌ # وَخَرَّبَ حَفْرُ الفَأْرِ سَدَّ الْمَأرِبِ

Jangan remehkan siasat sesuatu yang (tampak) lemah. Terkadang, ular ganas mati oleh racun kalajengking. Ternyata, burung Hudhud sanggup menumbangkan singgasana ratu Bulqis, dan liang tikus mampu meruntuhkan bangunan kokoh.

وَمِنْ عَادَةِ اْلأَيَّامِ أَنَّ خُطُوْبَهَا # إِذَا سُرَّ مِنْهَا جَانِبٌ سَاءَ جَانِبُ

Sudah menjadi tabiat waktu, membahagiakan satu pihak akan menyedihkan pihak lainnya.

بِذَا قَضَتِ الْأَيَّامُ مَا بَيْنَ أَهْلِهَا # مَصَائِبُ قَوْمٍ عِنْدَ قَوْمٍ فَوَائِدُ
عَرَفْتُ سَجَايَا الدَّهْرِ أَمَّا شُرَوْرُهُ # فَنَقْدٌ وَأَمَّا خَيْرُهُ فَوعُوْدُ

Begitulah waktu menentukan takdir untuk penghuninya (manusia). Musibah bagi sekelompok orang adalah keberuntungan bagi kelompok lain. Aku sudah mafhum dengan kelakuan zaman yang sekilas ini: keburukannya merupakan kritik, sedangkan kebaikannya hanyalah janji.

فَإِنَّ غُبَارَ الصَّافِنَاتِ إِذَا عَلاَ # نَشَقْتُ لَهُ رِيْحاً ألَذُّ مِنَ النَّدِّ
وَرَيْحَانَتِي سَيْفِيْ وَكَأْسَاتُ مَجْلِسِيْ # جَماَجِمُ سَادَاتٍ حِرَاصٍ عَلَى الْمَجْدِ

Ketika debu kavaleri berhamburan, aku justru menghirup keharuman yang melampaui wangi kemenyan. Semir mata pedang dan gelas-gelas di meja rapatku pun menjelma tengkorak para pembesar (musuh) yang rakus kejayaan.

جَزَى اللهُ خَيْراً كُلَّ مَنْ لَيْسَ بَيْنَنَا # وَلَا بَيْنَهُ وُدٌّ وَلَا مُتَعَرِّفُ
فَمَا نَالَنِي ضَيْمٌ وَلَا مَسَّنِي أَذَى # مِنَ النَّاسِ إِلاَّ مِنْ فَتَى كُنْتُ أَعْرِفُ

Semoga Allah melimpahkan kebaikan pada setiap manusia yang belum saling sayang dan saling kenal. Tak pernah aku mengeluh dan diterpa kesulitan kecuali dari orang yang sudah aku kenal.

وَلَدَتْكَ أُمُّكَ يَابْنَ آدَمَ بَاكِياً # وَالنَّاسُ حَوْلَكَ يَضْحَكُوْنَ سُرُوْرًا
فَاجْهَدْ لِنَفْسِكَ أَنْ تَكُوْنَ إِذَا بَكَواْ # فِيْ يَوْمِ مَوْتِكَ ضَاحِكاً مَسْرُوْراً

Saat bunda melahirkanmu, engkau menangis, sementara orang-orang sekeliling menyambutmu dengan tawa gembira. Berjuanglah, hingga saat mautmu tiba, mereka manangis, sementara engkau tertawa ria.

==============

KH Abdul Wahid Hasyim adalah pribadi yang kuat. Ternyata kakakter ini tak hanya berlaku dalam hal mental dan prinsip belaka. Secara ekonomi putra Hadlaratus Syaikh Hasyim Asy’ari ini pun tergolong kuat.<>

Di masa penjajahan Belanda dan Jepang, Kiai Wahid bersusah-payah bergerilya lewat beragam cara ke berbagai pelosok Nusantara. Seluruh biaya keluar dari kantong sendiri. Tanpa kondisi ekonomi yang mapan, perjuangan bertahun-tahun yang menguras keringat, ongkos, dan pikiran ini niscaya tak akan jalan.

KH Saifuddin Zuhri pernah dibuat heran dengan guru dan pemimpinnya ini. Saat Jepang bermurah hati memberi Kiai Wahid mobil dinas terkait jabatan Shumubu-cho, ia menolak memakai dan memilih membeli mobil sendiri.

“Bagaimana caranya bisa membeli mobil sendiri di zaman begini?” tanya Kiai Saifuddin. Ketika itu hampir tidak ada seorang sipil pun yang memiliki mobil.

“Ya Allah! Kalau soal beli mobil saja tidak bisa memecahkannya, bagaimana bisa memecahkan persoalan rakyat?” jawab Kiai Wahid tegas.

Sepertinya Kiai Wahid memegang teguh prinsip umat Islam tak boleh lemah secara ekonomi. Hal ini penting untuk menopang daya tahan dan nafas perjuangan. Tak aneh jika Kiai Wahid yang sehari-hari terkenal hidup sederhana dikisahkan berprofesi sebagai pedagang.

Dalam hal ini. kami nukilkan syair-syair yang ditemukan dalam catatan tokoh nasional ini. Secara umum syair hikmah berikut berpesan tentang semangat yang digambarkan di atas.

إِنْ قَلَّ مَالُ اْلمَرْءِ قَلَّ بَهَاؤُهُ # وَضَاقَتْ عَلَيْهِ أَرْضُهُ وَسَمَاؤُهُ
فَأَصْبَحَ لَايَدْرِيْ، وَإِنْ كَانَ حَازِماً # أَقُدَّامُهُ خَيْرٌ لَهُ أَمْ وَرَاءُهُ

Ketika sedikit kekayaan seseorang, sedikit pula kebanggaannya; bumi dan langitnya (medan geraknya) menyempit. Meski biasanya teguh, tapi kemantabannya hilang: majukah atau mundurkah yang terbaik?

إِنْ قَلَّ مَالِي فَلَا حِلٌّ يُصَاحِبْنِيْ # إِنْ زَادَ مَالِي فَكُلُّ النَّاسِ إِخْوَانِي

Saat kekayaanku sedikit tak seorang pun bersahabat denganku. Saat kekayaanku meningkat semua orang (ingin) menjadi saudaraku.

عَجِبْتُ لِأَهْلِ اْلعِلْمِ كَيْفَ تَغَافَلُوا # يُجِرُّوْنَ ثَوْبَ الْحِرْصِ عِنْدَ اْلمَمَالِكِ
يَدُوْرُوْنَ حَوْلَ الظَّالِمِيْنَ كَأَنَّهُمْ # يَطُوْفُوْنَ حَوْلَ الْبَيْتِ عِنْدَ اْلمَنَاسِكِ

Aku heran kepada para cendekiawan/ulama. Bagaimana mereka lupa; menggelar jubah ketamakan di hadapan para penguasa, mengerumuni para penindas bak rombongan haji yang sedang tawaf di sekitar Ka’bah.

وَقَدْ تَنْفَعُ الذِّكْرَى إِذَا كَانَ هَجْرُهَا # دِلَالاً وَإِمَّا إِنْ مِلَالاً فَلَا نَفْعَا

Peringatan mungkin bermanfaat (efektif) untuk orang yang tengah merajuk, tapi tidak untuk orang yang sedang bosan.

سَجَدْنَا لِلقُرُوْدِ رَجَاءَ دُنْيَا # حَوَتْهَا دُوْنَنَا أَيْدِي اْلقُرُوْدِ
وَلَمْ تَرْجَعْ أَنَامِلُنَا بِشَيْءٍ # رَجَوْنَاهُ سِوَى ذُلِّ السُّجُوْدِ

Kita relakan sujud kepada para monyet demi dunia yang ada di pelukan mereka. Jari-jari kita pun pulang tanpa hasil apa-apa, kecuali sujud yang hina belaka.

Mahbib Khoiron
Syair-syair dikutip dan diterjemah ulang dari
KH A Wahid Hasjim, Mengapa Saya Memilih Nahdlatul Ulama, Bandung: Mizan, 2011

Kaifiyyah Posisi Imam dan Mayyit


POSISI MAYYIT DAN IMAM KETIKA SHOLAT MAYYIT...!!!

1. Bila mayyitnya laki-laki, maka :

Imam atau orang yg sholat sendirian berdiri di sisi kepala mayyit. Letak kepala mayyit berada di sebelah kiri imam. Gambarannya posisi kiblat ada di sebelah kiri mayyit (imam berada di sebelah kanan mayyit).



2. Bila mayyitnya perempuan, maka :

Imam berdiri di sisi pantat mayyit. Posisi mayyit wanita kebalikan dari mayyit laki-laki (letak kepala mayyit berada di sebelah kanan imam), posisi kiblat ada disebelah kanan mayyit dan imam berada di sebelah kirinya.

=> Kedua posisi diatas menjadikan sebagian besar badan mayyit berada di sisi kanan imam dan posisi seperti ini diberlakukan di tempat selain masjid Nabawi (Madinah).



3. Bila mayyit berada di Masjid Nabawi, maka secara muthlak (baik mayyit laki-laki maupun perempuan) posisi kepalanya mayyit diletakkan di sebelah kiri imam UNTUK MENJAGA ADAB KEPADA KUBURAN NABI YANG MULIA....!!!

(At Taqriiratus Sadiidah karya Al Habib Hasan bin Ahmad Al Kaff Hal. 385)

Wallahu A'lam...

Definisi ilmu ladunni

#tajdiidul_fikri
PEMBAHARUAN PEMIKIRAN
TENTANG ILMU LADUNI
-Antara Imam al Ghazali dan KH Zezen Za Bazul Asyhab-

Pemahaman yang beredar di masyarakat tentang ilmu laduni adalah ilmu yang diperoleh tanpa proses belajar terlebih dahulu, hanya dengan mengamalkan wirid-wirid tertentu misalkan, Alloh melimpahkan ilmu begitu saja kepada yang orang yang bersangkutan.

Dampaknya banyak penuntut ilmu yang terjebak, beranggapan tidak perlu susah payah belajar, toh nanti bisa “membeli” ilmu laduni, menyepelekan proses perolehan ilmu melalui belajar, dan berani membayar jutaan rupiah kepada orang yang konon bisa mengijazahkan wirid ilmu laduni. Tak sedikit juga yang dipermainkan lamunan berharap mendapatkannya tanpa upaya yang jelas.

Benarkah ilmu laduni  sperti itu?

Secara bahasa laduni berasal dari bahasa arab, merupakan hasil penggabungan kata ladun (لَدُنْ) dan ya mutakallim (يْ) sebagai bentuk kata ganti orang pertama tunggal (aku). Dalam tata bahasa arab, kata ladun (لَدُنْ) digunakan untuk menunjukkan makna tempat yang sangat dekat, biasanya diterjemahkan menjadi “sisi”. Maka ilmu laduni bisa diartikan sebagai “ilmu dari sisi-Ku (Alloh)”.

Penggunaan istilah ilmu laduni ini merujuk kepada salah satu ayat dalam al Quran yaitu surat al Kahfi ayat 65 ; 
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
“lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ILMU DARI SISI KAMI”

Menurut KH Zezen ZA Bazul Asyhab (pangersa Uwa) ilmu laduni adalah "ilmu yang diberikan oleh Alloh kepada orang yang sudah belajar lama, susah payah, mengunakan modal besar, ilmu yang diperoleh ia amalkan oleh dirinya, diberikan dan dibimbingkan kpd orang lain dengan ikhlas tidak minta imbalan, tidak pula mengharap  jabatan dan sanjungan dll, maka Alloh menilai orang tersebut benar-benar ikut menggarap kebun Alloh (agama), karena semua itu maka Alloh bantu ia dengan ilmu-ilmu yang langsung Alloh berikan kepadanya"

Dari kedua pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa memang benar ilmu laduni itu langsung diberikan oleh Alloh, tanpa perantara guru atau buku tetapi untuk menghasilkannya harus memenuhi syarat-syarat sbb ;
1. Ada upaya mempelajari berbagai ilmu dengan sungguh-sungguh
2. Ilmu yang sudah didapatkan diamalkan dengan ikhlas, dan
3. Berupaya menyebarluaskan ilmunya kepada orang lain serta mengajak dan membimbing mereka terhadap pengamalan

Ternyata apa yang disampaikan pangersa uwa tentang ilmu laduni, hampir sama dengan apa yang disampaikan oleh imam al Ghazali dalam kitabnya Arrisalatu al laduniyyah, pada fasal “hakikat ilmu laduni dan sebab-sebab menghasilkannya”, beliau menyebutkan ada 3 proses yang harus ditempuh dalam menghasilkan ilmu laduni, yaitu ;

1. Berusaha memperoleh seluruh ilmu, dan mencapai bagian yang sempurna dari kebanyakan ilmu-ilmu tersebut

2. Riyadhoh yang benar dan muroqobah yang kuat. Maksud riyadoh dan muroqobah disini adalah perjuangan mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah ada dengan ikhlas, oleh karena itu pada pembahasan bagian ini imam al Ghazali mengutip dua buah hadits :
من عمل بما علم اورثه الله علم مالم يعلم
Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Alloh akan mewariskan baginya apa yang belum ia ketahui

Hadits lainnya yaitu
من أخلص لله أربعين صباحا أظهر الله تعالى ينابع الحكمة من قلبه على لسانه
Barangsiapa mengikhlaskan dirinya untuk Alloh selama 40 subuh, maka Alloh akan menampakkan sumber-sumber hikmah dari qalbunya melalui lisannya.

3. Tafakkur ( berfikir dengan ilmu-ilmu yang sudah ia miliki)

Walaupun antara pangersa uwa dan imam Al Ghazali ada perbedaan pada poin nomor 3, namun keduanya sepakat bahwa ilmu laduni Alloh berikan kepada orang yang sudah berjuang mempelajari berbagai disiplin ilmu dan mengamalkannya dengan ikhlas, bukan tanpa didahului proses belajar samasekali.

Dengan demikian, bagi siapa saja yang berharap mendapat ilmu laduni hendaklah berusaha mempelajari berbagai ilmu dengan sungguh-sungguh dan melaksanakan tahapan-tahapan selanjutnya sesuai yang diutarakan di atas.

Minggu, 17 April 2016

MODUS PERSELINGKUHAN DI MEDIA SOSIAL !!

Awalnya Hanya sebatas sering jempolin statusnya...

Lama lama jempolin foto fotonya...

Lalu bercanda ria di kolom komentar...

Semakin hari semakin akrab...

Dia gak online tiba tiba merasa rindu...
Akhirnya nyelonong masuk ke inbok...

Tanya pin BB tanya nomor HP biar bisa Whatsapp an juga...

Ujung ujungnya salah satu dari mereka berkata:

"Kenapa ya kita tidak dipertemukan dari dulu padahal kamu adalah orang yang paling bisa ngertiin aku... :'( "

Lalu ketemuan di dunia nyata...
Bencana hati pun tak terhindarkan

Mulai sibuk merhatiin dia daripada merhatiin pasangan sendiri, lebih sering hubungi dia daripada hubungi pasangan sendiri

Ketenangan hati mulai terusik, konsentrasi untuk meraih sukses jadi buyar, niat untuk mewujudkan keluarga sakinah dengan pasangan sudah menipis di gerogoti nafsu birahi

Hatinya menghitam karna sering berdusta, telinganya menjadi tuli tidak mendengar nasehat baik, matanya jadi rabun terilusi dengan rasa penasaran, fikirannya menjadi tumpul tertindih oleh harapan semu.

Pasangannya menangis, orang tua dan mertua ikut bingung, anak anaknya jadi rewel, para tetangga mulai menggosip...

Padahal dengan yang baru belum tentu lebih bahagia...

Mereka hanya dipermainkan dunia dan disibukkan dengan hal hal yang tak membawa ketenangan...

Hidup ini berharga dan hanya satu kali, janganlah kau gunakan untuk menumpuk dosa

Sebelum kehancuran itu terjadi, selamatkan hatimu, selamatkan keluargamu dan selamatkan dirimu dari godaan yang akan menjerumuskanmu...

Jangan Pernah mencoba !!! Karena dampaknya sangat DASYAT yaitu Di DUNIA dilaknat semua MANUSIA dan Di akhirat di AZAB oleh ALLOH SWT.

Kamis, 14 April 2016

SAHABAT NABI TIDAK MELAKUKAN PERINGATAN MAULID NABI!!, KENAPA KITA SAAT INI JUSTRU MELAKUKANNYA???


Semua Ummat Islam yakin seyakin-yakinnya, Bahwa Para Sahabat adalah sekelompok manusia2 mulya yg tak diragukan CINTA mereka kepada Nabi Muhammad SAW!
Lalu knapa kita saat ini justru melakukan MAULID NABI, padahal Sahabat tidak melakukannya.
(koreksi ana, kalau memang ada riwayat bahwa Sahabat Nabi ada yg melakukannya)
Apakah karena Peringatan Maulid yg dilakukan Ummat saat ini kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tolak ukur Cintanya kepada Nabi Muhammad??
BAHKAN...
Apakah akan dikatakan, Cinta Sebagian Umat Islam yg ikut memperingati Maulid Nabi saat ini, melebihi Cinta dari Para Sahabat yg hidup bersama Nabi???
Hanya karena Ummat saat ini memperingati Kelahiran Nabi, sedang Sahabat Nabi Tidak???
Maka akan dijawab....
Justru karena ummat saat ini yg tak pernah berjumpa dengan Nabi inilah harusnya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW...,
Memperingati MAULID NABI dengan cara membaca kembali kisah hidup perjuangan beliau, sejak mulai lahir hingga beliau SAW wafat.
Apakah SALAH kita membaca kisah hidup Sang Nabi Akhir Zaman kekasih ALLAH ini???

Justru Kita Wajib membaca dan mempelajari Sejarah Hidup Nabi Muhamad SAW, agar tumbuh cinta dan sayang kapada Nabi.
Bukankah pribahasa mengatakan, Tak Kenal Maka Tak Sayang??
Lalu dengan cara apa lagi kita bisa mengenal Nabi, jika tidak pernah membaca sejarah hidup beliau??
Maka sangat patut dan harus kita membacanya, sebagaimana banyak ditulis oleh para Ulama didalam berbagai Kitab Siroh dan Kitab Maulid, seperti Simtud Duror, Barzanji, Addiba’i dan juga Qashidah Burdah, sebagaimana sering dijumpai dikalangan Kaum Muslimin yg membacanya ketika acara Maulid berlangsung.
Sebab, kita yg tak pernah hidup dan melihat Nabi inilah yg harus dibangkitkan CINTA nya kepada Nabi Muhammad SAW, agar tumbuh Cinta itu dalam hati setiap muslimin.

ADAPUN.... PARA SAHABAT NABI TIDAK MELAKUKAN PERINGATAN MAULID NABI.
KNAPA.....???
ADAPUN Para Sahabat Nabi tidak perlu lagi diceritakan Perjuangan Kisah Hidup Beliau, agar tumbuh cinta di hati mereka.
Karena para Sahabat justru menjadi Saksi yg melihat langsung bagaimana Nabi Muhammad SAW berjuang dan Berdakwah, Sehingga Tak ada yg meragukan bagaimana cinta mereka kepada Nabi nya.
Sehingga tak perlu Para Sahabat membaca kisah2 Hidup Nabi, disamping krn buku2 tentang kisah Hidup Nabi itu ditulis jauh setelah mereka wafat.
Bahkan buku2 kisah Nabi itu bersumber dari lisan2 mereka yg kemudian ditulis oleh para Ulama setelahnya.
Justru itu, kitalah yg harus banyak membaca kisah2 hidup Nabi Muhammad SAW, agar hati kita dipupuk dan dipenuhi cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Justru... Kita yg hidup saat ini, harus banyak membaca Kisah hidup beliau, melalui Kitab2 yg disusun oleh Para Ulama, seperti SIMTUD DUROR susunan Assayyidil Habib Ali bin Muhammad Alhabsy dan QASHIDAH BURDAH susunan Assyekh Abi Abdillah Muhammad Albushiry dan masih banyak susunan Ulama yg lainnya, seperti Barzanji, Addiba'i dan seterusnya.

Kenapa kita perlu membaca dan mempelajarinya??
karena memang kita tak pernah melihat langsung sebagaimana sahabat Nabi melihat Langsung Kehidupan Nabi.
Dan bahkan, ternyata kita tidak hanya diharuskan utk mempelajari Kisah Nabi Muhammad SAW saja, bahkan ALLAH juga memerintahkan kepada kita utk mempelajari kisah hidup para Nabi2 sebelum Nabi Muhammad SAW, Sebagaimana Firman ALLAH berikut ini;

PERTAMA : Surat Maryam ayat 41:
(وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا)
“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.”

KEDUA : Surat Maryam ayat 51:
(وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوسَىٰ ۚ إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا)
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.

KETIGA : Surat Maryam ayat 54:
(وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا)
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.

KE-EMPAT : Surat Maryam ayat 56:
(وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا)
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.

Coba perhatikan Ayat2 diatas, Bagaimana ALLAH memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Utk menceritakan kisah2 Nabi2 terdahulu dalam rangka menguatkan Iman dan Islamnya para Sahabat ketika itu, krn memang para Sahabat tidak pernah tahu apalagi melihat langsung kehidupan Nabi terdahulu.

Maka tentu, Kisah hidup Perjuangan Nabi Muhammad SAW pun patut juga utk kita pelajari dan baca kembali, melalui berbagai media apapun, termasuk dengan cara membaca Kitab Maulid seperti Simtud Duror, Barzanji dsb. Krn ini merupakan salah satu cara utk menumbuhkan Pengetahuan kita terhadap Siapa dan Bagaimanakah Nabi Kita yg sangat Mulia ini.

ALHASIL....
Kami adakan Acara Maulid Nabi ini adalah Sebagai media utk kami lebih mengenal Nabi Muhammad SAW melalui berbagai Kitab Maulid Nabi dan Qashidah yg kami baca.

Maka, jika sudah JELAS bahwa tujuan diadakan Maulid Adalah salah satu cara Utk lebih Mengenal Nabi Muhammad SAW...., dan masih ada saja yg membencinya, melarangnya, bahkan mensyirikkannya, dari sebagian orang, maka Firman ALLAH ini rasanya tepat utk menjawabnya, di dalam Surat Alqosos ayat 55:

(وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ)
(Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil".)
Wallahu’alam