Dari Imam Ali ibn Musa al-Ridha Ra , Nabi Isa as bersabda:
"Sungguh aku telah mengobati orang-orang yang sakit, dan aku sembuhkan mereka dengan izin Allah ,
Juga aku sembuhkan orang buta dan orang berpenyakit lepra dengan izin Allah
Juga aku obati orang-orang mati dan aku hidupkan kembali mereka dengan izin Allah;
Kemudian aku obati orang Ahmaq (Dungu) namun aku tidak mampu menyembuhkannya !".
Maka beliau pun ditanya :
"Wahai ruh Allah, siapa orang dungu itu?"
Beliau menjawab :
"Yaitu orang yang kagum kepada pendapatnya sendiri dan dirinya sendiri,
Yang memandang semua keunggulan ada padanya dan tidak melihat beban (cacat) baginya;
Yang memastikan semua kebenaran untuk dirinya sendiri.
Itulah orang-orang dungu yang tidak ada jalan untuk mengobatinya."
Di kalangan kaum sufi ada istilah "Jahil Murokkab" (bodoh kuadrat), yakni orang yang bodoh yang tidak menyadari kebodohannya sendiri.
Berkaitan dengan masalah pengetahuan dan kebodohan itu, menurut kaum sufi manusia terbagi menjadi empat jenis :
رجل لا يدرى ويدرى انه لا يدرى ، فهو مسترشد فارشدوه
1. Yaitu orang yang tidak tahu, dan tahu bahwa ia tidak tahu.
Inilah orang bodoh sederhana (jahil basith) yang mudah diobati, yaitu dengan pengajaran dan pendidikan. Kaum sufi mengibaratkan orang semacam ini adalah orang yang sedang mencari (belajar)
رجل يدرى ولا يدرى انه يدرى ، فهو نائم فأيقظوه
2. Orang yang tahu, namun dia tidak tahu bahwa dia tahu.
Kaum sufi mengibaratkan orang semacam ini adalah orang yang tertidur. Maka ia harus dibangunkan dan disadarkan akan kelebihannya yang bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
رجل يدرى ويدرى انه يدرى ، فهو عالم فاتبعوه
3. Orang yang tahu dan dia tahu bahwa dia tahu.
Orang ini tergolong kaum bijaksana (al-Hukama), yang harus diikuti dan di mintai pendapat dan wawasannya.
رجل لا يدري ولا يدري أنه لا يدري ، فهو شيطان فاجتنبوه
4. Orang yang tidak tahu, dan tidak tahu bahwa dia tidak tahu.
Orang macam inilah yang disebut "bodoh kuadrat", karena selain bodoh juga tidak tahu akan kebodohannya sendiri.
Kita bisa bayangkan betapa sulitnya mengobati kebodohan orang seperti itu. Pangkal penyakitnya ialah tidak tahu diri.
Maka al-Ahmaq yang dimaksud dalam sabda Nabi Isa al-Masih yang dituturkan oleh Imam Ali Ridho Ra di atas ialah orang jenis keempat itu,
Ditambah dengan sikap mengagumi diri sendiri ('ujub) dan merasa diri sendiri selalu benar, tidak pernah salah.
kalau boleh disederhanakan lagi, orang dungu itu adalah orang yg sombong dan membanggakan kebodohannya.
Semoga Allah anugerahkan kita ketulusan niat, kemudahan taat, jauh dari prilaku maksiat dan memahami makna2 kemuliaan, aamiin
السلام عليكم
BalasHapusباسم اللّٰه
الرِّجَالُ أَرْبَعَةٌ : رَجُلٌ يَدْرِي وَلا يَدْرِي أَنَّهُ يَدْرِي فَذَاكَ غَافِلٌ فَنَبِّهُوَهُ ، وَرَجُلٌ لا يَدْرِي وَيَدْرِي أَنَّهُ لا يَدْرِي فَذَاكَ جَاهِلٌ فَعَلِّمُوهُ ، وَرَجُلٌ يَدْرِي وَيَدْرِي أَنَّهُ يَدْرِي فَذَاكَ عَاقِلٌ فَاتَّبِعُوهُ ، وَرَجُلٌ لا يَدْرِي وَلا
يَدْرِي أَنَّهُ لا يَدْرِي فَذَاكَ مَائِقٌ فَاحْذَرُوهُ
[•]
1. Orang yang mengerti tapi tidak mengerti bahwa ia mengerti, itulah orang yang lalai, maka peringatkanlah ia.
2. Orang yang tidak mengerti dan ia mengerti bahwa ia tidak mengerti, itulah orang yang sadar diri, maka ajarkanlah ia.
3. Orang yang mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti; itulah orang pandai, maka ikutilah ia.
4. Orang yang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti, itulah orang yang mati/dungu, maka tinggalkanlah ia.
[•] Artikel yg diposting qaum sufi di atas = kutipan Versi at-Tafsir al-Kabir karya al-Imam Fakhruddin ar-Razi
واللّٰه أعلم وصلى اللّٰه على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم فلك الحمد